MENURUNNYA
MORALITAS REMAJA
Oleh: Husni Dzulvakor Rosyik (1404046079)
“Berikan
aku 1.000 orang tua, niscaya akan ku cabut semeru dari akarnya. Berikan aku 10
pemuda, niscaya akan ku guncangkan dunia”
~Ir.
Soekarno~
Bisa kita simpulkan dari kata-kata Bapak Proklamator kita bahwa
begitu dasyatnya kekuatan seorang pemuda/remaja. Bisa kita bayangkan jika dalam
suatu negara memiliki kualitas remaja yang bagus betapa kuatnya negara itu,
karena remaja bisa di ibaratkan tulang punggung negara, para penerus cita-cita
bangsa dan juga penerus tongkat estafet dari para pendahulu. Tapi mari kita
lihat sejenak ke negeri kita tercinta Indonesia, betapa mirisnya keadaan remaja
kita sekarang. Tawuran terjadi di mana-mana, banyak pernikahan usia remaja dan
sebanyak 62,7% remaja SMP tidak perawan dan 21,2% remaja mengaku pernah aborsi.
Data komnas PA sebanyak 97% remaja pernah menonton film porno dan 93,7% mengaku
sudah tidak perawan lagi. Dari 3.339 kasus yang dilaporkan kepada Komnas Anak
pada 2013, sebanyak 58 persen merupakan kasus kejahatan seksual. Sedangkan data
HIV/AIDS terdapat 1.283 kasus yang diperkirakan 52.000 terinfeksi (fenomena
gunung es) dan 70% adalah remaja. Sementara soal data penyalahgunaan narkoba
menunjukkan, dari 3,2 juta jiwa yang ketagihan narkoba, 78% adalah remaja.
Data-data di atas sangat mencengangkan, bagaimana mungkin usia
remaja yang masih polos, energik, dan penuh potensial yang menjadi harapan
orang tua, bangsa dan negara dapat terjerumus pada jurang kenistaan. Tanpa kita
sadari diluar sana anak-anak remaja kita sedang terjerumus dalam pengaruh seks
bebas, narkoba, miras dan kenakalan remaja yang lainnya. Dan dari semua data
tersebut setiap tahunnya terus meningkat, bagaikan fenomena gunung es yang tak
tampak pada permukaan namun jika ditelusuri banyak kasus-kasus yang sangat
mengejutkan.
Banyak faktor penyebab menurunya moralitas remaja, diantaranya
adalah pengaruh arus globalisasi, kurangnya pendidikan moral sejak dini,
pengaruh lingkungan, dan kurangnya pengawasa yang ketat dari para orang tua.
Khusus pengaruh globalisasi mungkin bisa dijadikan faktor utama penyebab
menurunnya moralitas para remaja. Globalisasi dapat diartikan sebagai proses
penyebaran unsur-unsur baru khususnya yang menyangkut informasi secara mendunia
melalui media cetak maupun elektronik. Globalisasi seperti pedang bermata dua
(positif dan negatif) juga menjadi penyebab infiltrasi budaya. Termasuk budaya
hidup barat yang cenderung liberal dan bebas merasuki dengan budaya ketimuran
yang lebih cenderung teratur dan terpelihara oleh nilai-nilai agama dan
norma-norma. Dan dampak negatif dari arus globalisasi yang paling miris adalah
perubahan yang mengarah pada krisis moral dan akhlak, sehingga menimbulkan
sejumlah permasalahan kompleks melanda negeri tercinta ini akibat moral.
Menurut Cheppy Haricahyono dalam buku Dimensi-Dimensi Pendidikan
Moral, moral adalah sesuatu yang berkaitan, atau ada hubungannya dengan
kemampuan menentukan benar salahnya suatu tingkah laku. Remaja sekarang
terjebak dalam lingkungan yang lebih mengedepankan corak hedonisme (acuh tak
acuh) yang merupakan anak kandung kapitalisme. Mereka seperti kehilangan arah
dan tujuan mereka yang dibutakan oleh kesenangan sesaat. Media cetak dan media
elektronik sekarang juga mulai terjangkit virus arus globalisasi, bacaan dan
tontonan yang kita saksikan setiap hari tak jarang kurang memperhatikan moral,
sopan santun dan etika. Lebih parahnya lagi Lembaga Pertelivisian Indonesia
sekarang menarik film-film kartun yang katanya kurang mendidik dan malah
membiarkan sinetron-sinetron yang kurang bermoral tayang. Akibatnya sudah kita
rasakan, kemarin ada berita tentang seorang siswa SMP memberi kue ulang tahun
dan hadiah kepada seorang siswi SD dan bahkan dalam berita itu di perlihatkan
foto-foto mereka yang saling merangkul dan berpelukan. Bayangkan saja mereka
yang masih SMP dan SD saja sudah berani berpelukan di depan teman-teman mereka,
apa lagi kalau keadaan sepi dan bagaimana saat remaja nanti. Astagfirullah !
Remaja putri sekarang juga sudah melupan arti emansipasi yang
sebenarnya, mereka terjangkit virus Food, Fun and Fashion. Pakaian mereka
sekarang cenderung terbuka dan ketat, berpakaian tapi seperti telanjang dan
fungsi pakaian yang seharusnya sebagai penutup malah terlihat seperti
membungkus. Mereka tidak malu memajang foto-foto yang kurang etis di akun media
sosial. Mereka seperti lupa bagaimana perjuangan R.A Kartini dulu dalam
memperjuangkan hak-hak mereka, sangat disayangkan memang. Emansipasi mereka gadaikan
dengan uang, emansipasi mereka gadaikan dengan jabatan dan kedudukan.
Dapat kita ketahui remaja memiliki potensi yang sangat besar, jadi
kita harus menjaga generasi remaja agar tidak terjerumus dalam jurang
kenistaan. Maka dari itu diperlukan strategi penanaman nilai etika, moral, dan
akhlak dikalangan remaja. Dan yang paling penting adalah penanaman nilai-nilai
agama, karena terlihat pada saat ini salah satu penyebab buruknya moral remaja
kita adalah mulai longgarnya pegangan terhadap agama. Dengan longgarnya
pegangan agama, maka hilanglah kekuatan kontrol pengendalian diri.
Penanaman nilai etika, moral, dan akhlak paling pertama kali dan
utama adalah pada lingkungan keluarga. Seseorang mendapatkan pendidikan etika,
moral dan akhlak pertama kali yaitu pada pada lingkungan keluarga. Peran orang
tua sangat penting dalam proses perkembangan moral anak. Sejak dini orang tua
harus mampu memberikan arahan, bimbingan, serta teladan yang baik terhadap
anak-anak mereka. Melalui pengajaran akhlak dan diberikan pengertian antara
perbuatan baik dan buruk, menanamkan nilai-nilai agama dan tata krama. Orang
tua harus selalu mengawasi perkembangan anak mereka, terutama saat menginjak
usia remaja karena dalam usia itu terjadi ketidak keseimbangan emosi dan mudah
terbawa ke hal-hal yang buruk.
Selain peranan lingkungan keluarga, terdapat pula peranan
lingkungan sekolah. Karena disini tempat mereka mulai mengenal dunia luar, oleh
karena itu guru harus selalu aktif dalam memberikan penanaman etika, moral, dan
akhlak. Melalui pengajarannya guru dituntut untuk lebih kretif dalam
menyisipkan nilai-nilai moral saat menyampaikan pelajaran setiap hari kepada
peserta didik mereka. Jadi tidak hanya aspek kognitif saja yang di dapat
siswa tetapi aspek efektif dan psikomotorik juga. Dengan begitu
mereka dapat menanamkan dan menerapkan sikap yang baik dalam kehidupan
sehari-hari.
Selain dua itu terdapat pula lingkungan masyarakat. Anak akan
tumbah dan berkembang dalam lingkungan masyarakat. Di lingkungan masyarakat
juga anak dapat mempraktekkan apa yang mereka terima dalam lingkungan keluarga
dan lingkungan sekolah. Dalam pranata sosial yang ada dalam lingkungan
masyarakat terdapat pranata moral dan etika. Pranata moral dan etika mempunyai
tugas sebagai penyikapan dan mengurusi nilai seseorang dalam pergaulan
masyarakat. Jadi lingkungan masyarakat sangat berpengaruh dalam penanaman
etika, moral, dan akhlak.
Yang terakhir yaitu peran pemerintah. Pemerintah dituntut harus
tanggap dan sigap dalam menyikapi masalah menurunnya moralitas generasi muda
yang terjadi saat ini. Pemerintah harus mampu memberikan kebijakan-kebijakan
yang bisa meningkatkan moralitas generasi muda agar tujuan yang diharapkan
tercapai dan menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu tinggi serta berbudi
luhur dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Aamiiin !
Langganan:
Postingan (Atom)