MAKALAH
MUROQOBAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
: Tasawuf sosial
Dosen
Pengampu : Arikhah M. Ag
FAKULTAS USHULUDDIN
JURUSAN TASAWUF DAN PSIKOTERAPI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015
I.
PENDAHULUAN
Muraqabah merupakan salah satu sifat yang harus dimiliki oleh
seorang muslim. Karena dengan
muraqabah inilah, seseorang dapat menjalankan ketaatan kepada Allah SWT
dimanapun ia berada, hingga mampu mengantarkannya pada derajat seorang mu’min sejati.
Demikian pula sebaliknya, tanpa adanya sikap seperti ini, akan membawa
seseorang pada jurang kemaksiatan kepada Allah kendatipun ilmu dan kedudukan
yang dimilikinya. Inilah urgensi sikap muraqabah dalam kehidupan muslim dalam
membina akhlaq al-karimah.
II.
RUMUSAN MASALAH
1.
Contoh-contoh muraqabah dari rasul
dan sahabat
III.
PEMBAHASAN
Suatu hal yang sudah pasti dari adanya sifat muraqabah adalah
optimalnya ibadah yang dilakukan seseorang serta jauhnya dari kemaksiatan.
Karena ia menyadari bahwa Allah senantiasa mengawasi dan melihatnya. Contoh
muraqabah para sahabat adalah Abdullah bin Dinar mengemukakan bahwa suatu
ketika saya pergi bersama Umar bin Khattab ra, menuju makkah. Ketika kami
sedang beristirahat, tiba-tiba muncul seorang pengembala menuruni lereng gunung
menuju kami. Umar berkata kepada pengembala: “Hai pengembala, juallah seekor
kambingmu kepada saya. “Ia menjawab, “Tidak, saya ini seorang budak.” Umar
menimpali lagi, “katakan saja pada kepada tuanmu bahwa dombanya diterkam
serigala.” Pengembala mengatakan lagi, “ kalau begitu dimanakah Allah?”
mendengar jawaban seperti itu Umar menangis. Kemudian Umar mengajaknya pergi ke
tuannya lalu dimerdekakannya. Umar mengatakan kepada pengembala tersebut, “
kamu telah dimerdekakan di dunia oleh ucapanmu dan semoga ucapan itu bias
memerdekakanmu di akhirat kelak.” Pengembala ini`sangat menyadari bahwa Allah
memahami dan mengetahuinya, sehingga ia dapat mengontrol segala perilakunya. Ia
takut melakukan kemaksiatan, kendatipun hal tersebut sangat memungkinkannya.
Karena tiada orang yang akan mengadukannya pada tuannya, jika ia berbohong dan
menjual dombanya tersebut. Namun hal tersebut tidak dilakukannya.
Salah seorang syaikh dari golongan
seorang murid yang masih pemuda, dan syaikh itu lebih menyukai salah seorang
muridnya dan memberinya perhatian lebih daripada murid-muridnya yang lain. Lalu
sebagian sahabatnya bertanya kepadanya: “Bagaimana engkau memuliakan dia ini?
Dan dia itu masih muda dan kami ini orang-orang tua.”
Syaikh itu meminta
beberapa ekor burung. Dan diberikannya kepada setiap orang dari mereka, seekor
burung dan pisau. Dan berkata: “Hendaklah masing-masing kamu menyembelih
burungnya pada tempat yang tidak terlihat oleh seseorang.”
Dan ia berikan
kepada pemuda itu seperti yang demikian. Dan ia mengatakan kepada pemuda itu
seperti yang dikatakannya kepada mereka. Maka masing-masing mereka kembali
dengan membawa burungnya yang sudah disembelih. Dan pemuda itu kembali dan
burungnya masih hidup dalam tangannya. Lalu syaikh itu bertanya: “Bagaimana
engkau tidak menyembelih sebagaimana disembelih oleh teman-teman engkau?”
Pemuda itu menjawab: “aku tidak mendapati tempat, yang aku tidak
dilihat oleh seseorang padanya. Karena Allah melihat kepadaku pada tiap tempat
“. Maka mereka itu memperoleh yang baik dari pemuda itu akan al muraqabah ini.
Dan mereka berkata: “ Benarlah engkau bahwa memuliakannya”.
Para sahabat
rasul telah menorehkan tinta cahaya pada lembaran-lembaran sejarah tentang
muraqabah dan rasa takut mereka pada Allah. Diantaranya:
1.
Abu
bakar as-shidiq
Ibnu abu mulaikah bercerita, abu bakar as-shidiq pernah ditanya
tentang satu ayat di alam kitabullah. Maka beliau menjawab, bumi mana yang aku
pijak, langit mana yang kujadikan atap, kemana aku bisa pergi, dan apa yang
harus aku perbuat jika aku mengatakan sesuatu dari kitabullah dengan selain
yang di kehendakinya?”
Muhammad bin sirrin bertutur: “tidak ada
seorangpun yang lebih takut kepada apa yang tidak di ketahuinya melebihi abu
bakar as-shiddiq. Pernah beliau dihadapkan pada suatu kejadian, beliau tidak
mendapati jawabnya di dalam kitabullah dan sunnah rasulullah. Maka beliau
berijtihad. Ini pendapatku. Jika benar ini datang dari Allah, jika keliru, ia
datang dari diriku sendiri. Dan aku memohon ampunan kepadaNya. Ujarnya setelah
itu.
2.
Umar
bin khattab al faruq
Al faruq telah mengukir prestasi terbaik dalam wara’ dan takut
kepada Allah dalam lembaran-lembaran sejarah. Inilah di antaranya:
Suatu siang yang amat panas utsman bin Affan di ‘aliyah melihat
seseorang menggiring dua ekor unta dari kejauhan. Padahal waktu itu benar-benar
panas. Ada apa dengan orang itu? Kenapa dia tidak menetap di madinah sampai
panas reda, lalu baru keluar?” gumam utsman. Utsman mendekati salah seorang
budaknya, coba lihat, siapa gerangan orang itu.”
Budak itu pun mendekati seseorang yang berselimutkan selendang
menggiring dua ekor unta itu. Ternyata yang dilihatnya adalah amirul mukminin.
Segera dilaporkannya hal itu kepada tuannya, utsman bin affan.
Maka utsman
melongokkan kepalanya di pintu. Angin panas berhembus kencang. Dia menarik
kembali kepalanya. Dengan suara keras dia bertanya, “apa yang membuatmu keluar
di saat seperti ini?”.
Dua
ekor unta zakat tertinggal. Unta-unta lain sudah dibawa pergi. Aku ingin
mengantarkannya ketempat penjagaannya. Aku khawatir jika tidak di hantarkan ke
dua unta ini akan hilang, lalu aku dimintai pertanggungjawab oleh Allah,” jawab
umar.
Wahai
amirul mukminin! Mampirlah sejenak untuk minum dan berteduh. Biar kami yang
mengantarkan ke dua unta itu, seru utsman. Kembalilah ke tempatmu berteduh,
wahai utsman! Tukas umar.
Utsman
kembali seraya berkata: “ barang siapa ingin melihat seorang al Qawi al Amin
(yang kuat dan terpercaya) lihatlah orang itu!”.
3.
Abdullah
bin Umar
Nafi’ menyampaikan, apabila ibnu umar membaca:
اَلَم يأن للدين أمنوا أن تخسع قلو بهم
لدكرالله
Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara
khusuk mengingat Allah.(Al-Hadid(57):16)
Beliau menangis dengan sesenggukan.
-
Samir ar-rayahi meriwayatkan dari ayahnya bahwa
Abdullah bin Umar pernah minum air yang di dinginkan. Tak lama kemudian dia
menangis dan tangisannya semakin menghebat. “apa yang membuat anda menangis?”
tanya seseorang.
Abdullah bin Umar menjawab,”Aku teringat
salah satu ayat dari kitabullah. Yaitu, dan diberi penghalang antara mereka
dengan apa yang mereka inginkan. (saba’ (34):54).
Aku tau para penghuni neraka itu tidak
menginginkan sesuatupun selain air. Padahal Allah telah berfirman (mereka
berkata) “tuangkanlah (sedikit) air kepada kami atau apa yang telah
dikaruniakan Allah kepada kalian.
-‘adalah adalah seorang budak kurus yang
dimerdekakan oleh tuannya. Mubarok namanya. Setelah merdeka, mubarok bekerja
kepada seorang pemilik kebun sebagai buruh. Suatu hari pemilik kebun itu
mengunjungi kebunnya bersama dengan beberapa orang sahabatnya. Di panggilnya
mubarok,” petikkan kami delima yang manis, ya!”
Mubarok
memetik beberapa biji buah delima dan di serahkahkannya kepada pemilik kebun
dan sahabat-sahabatnya. Ternyata semua delima itu masam. Pemilik kebun itu
menyai mubarok, “ kamu tidak bisa membedakan delima yang manis dan yang masam?”
“Anda
tidak mengizinkan saya untuk makan satu barangsebuah. Bagaimana saya bisa tahu
mana delima yang masam?” jawab mubarok.
“Apa?!kamu
sudah bekerja bertahun-tahun menjaga kebun, lalu kamu katakan kamu tidak pernah
makan buah delima barang sebuah?” pemilik kebun itu tidak percaya dan mengira
mubarok menipunya. Maka dia bertanya kepada tetangganya. Mereka semua menjawab”
dia memang tidak pernah makan delima barang sebiji pun.”
Beberapa
hari kemudian pemilik kebun itu memanggil mubarok,” begini mubarok. Aku ingin
meminta pendapatmu tentang suatu perkara yang sangat penting. Aku hanya punya
seorang anak perempuan. Menurutmu, dengan siapa aku harus menikahkannya?”
Mubarok
menjawab,” tuan, orang-orang yahudi menikahkan karena kekayaan, orang nasrani
menikahkan karena ketampanan, orang-orang arab menikahkan karena kebangsawanan,
orang-orang islam menikahkan karena ketakwaan. Tuan termasuk golongan yang
mana, maka silakan tuan menikahkan putri tuan dengan cara mereka.”
Pemilik
kebun berkata, “Demi Allah! Aku hanya akan menikahkan putriku atas dasar
ketakwaan.”
Dan
aku tidak mendapati laki-laki yang lebih bertakwa kepada Allah daripada kamu, “
sambungnya. “ maka aku akan menikahkanmu dengan putriku.”
Subhanallah!
Mubarok menjaga diri dari memakan buah delima dari sebuah kebun, dia diberi
balasan seluruh kebun dan pemiliknya! Balasan memang sesuai dengan perbuatan.
Barangsiapa meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah menggantinya engan
yang lebih baik lagi.
IV.
KESIMPULAN
Bagaimanapun
juga, Allah melihat, mendengar, dan mengetahui segala gerak-gerik kita,
meskipun kita sendiri mungkin tidak menyadari hal tersebut. Oleh karena itu,
dengan menanamkan sifat muraqabah dalam diri kita, diharapkan mampu
meningkatkan kualitas keimanan terhadap Allah dan membina akhlaq al-karimah di
dunia dan akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
Yakub, Ismail. 1979. Ihya’ Al-Ghazali. CV
FAIZAN: cilandak
M shoelhi dan RA Gunadi. 2006. Seratus
cerita tentang akhlak.repubika : jakarta
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar