Wedus Arab Bukan Wedus Biasa

TASAWUF DAN PROBLEMA PSIKOLOGIS



MAKALAH
 TASAWUF DAN PROBLEMA PSIKOLOGIS
Disusun Guna Memenuhi Tugas : Tasawuf Sosial
Dosen Pengampu : Arikha, M. Ag




FAKULTAS USHULUDDIN
TASAWUF DAN PSIKOTERAPI
UNIVERSITAS ISLM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015
BAB 1
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG

Zaman sekarang adalah zaman yang penuh paradoks dari abad sains dan teknologi (The age of science and technology), dan abad kecemasan (The age of anxiety). Manusia modern, menghadapi persoalan makna hidup karena tekanan yang amat berlebihan kepada segi keterikatan terhadap peristiwa-peristiwa tragis dalam kehidupan pribadi dan sosialnya. Sudah lama psikologis menyadari, bahwa kehidupan sosial kita sebagai  manusia, ditentukan oleh pilihan-pilihan. Misalnya, menyebut antara pilihan kembali kepada eksistensi yang alamiah (pra-manusiawi), atau mengembangkan diri hingga manusia mencapai eksistensi dirinya yang lebih manusiawi.
Selama ini manusia modern hanya mementingkan dimensi materialnya dari pada spiritualnya. Bahkan segala sesuatu seperti kebahagian dan kesuksesan hidup yang sebenarnya lebih terkait dengan psikologis kehidupan pun di ukur dengan materialistik.

B.     RUMUSAN MASALAH

1.       Apa hubungan tasawuf dan psikologis ?
2.      Apa problema-problema psikologi di Era Modern ?
3.      Bagaimana peran tasawuf dalam mengatasi problema psikologis di Era Modern ?
BAB II
PEMBAHASAN
1.      Hubungan tasawuf dan psikologis

Tasawuf merupakan bagian dari upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT. Imam al-Junaidi mengartikannya berakhlak mulia dan meninggalkan semua akhlak tercela. Zakaria al-Anshari berpendapat, tasawuf merupakan ilmu tentang kebersihan jiwa, perbaikan budi pekerti, serta pemmbangunan lahir dan batin guna memperoleh kebahagiaan abadi.
Tasawuf terkadang sulit dijelaskan kepada orang-orang yang sellu mengedepankan logika dan pragmentisme. Tasawuf lebih merupakam ilmu personal. Dalam arti tasawuf sulit dikenal dan dipahami bagi orang yang tidak mengalaminya. Dengan kata lain, ilmuini harus dialami sendiri jika ingin mengalaminya. Ibarat mengajarkan manis gula, tidak mungkin memberikan penjelasan tanpa mencicipinya.[1]
Sebagai salah satu disiplin keagamaan, tasawuf merupakan bidang yag oleh sementara kalangan dianggap sebagai disiplin yang ada pada wilayah yang berbeda dengan ilmu pengetahuan pada umunya. Karena tasawuf  lebih bersifat adikodrati sehingga hanya mungkin didekati dengan pendekata spiritual. Sifatnya adikodratiitulah yang menjauhkan dari displin ilmiah, yang bersifat empiris, bahkan dikalangan sebagian agamawan ada anggapan bahwa ilmu pengetahuan pada umumnya merupakan ancaman terhadap dogma agama. Sebaliknya, sebagian para ilmuan juga memandang agama sebagai penyebab kemandekan ilmu pengetahuan.
Sejak awal abad XX, ilmu pengetahuan pada umumnya mengalami perkembangan yang cukup signifikan, khususnya dalam kajian keagamaan. Psikologi misalnya, mengalami perkembangan baru dengan lahirnya “madzhab ketiga” yang sering disebut dengan psikologi humanistik menempatkan agama (spiritualitas) sebagai salah satu wilayah kajiannya.
Salah satu bidang keagamaan yang memiliki kedekatan secara subtansial dengan disiplin psikologi, khususnya, psikologi humanistik, adalah tasawuf. Karena bidang ini memberi tempat yang sangat strategis terhadap potensi kepribadian manusia dalam menentukan arah perjalanan kehidupannya. Setidaknya kedua bidang ilmu ini telah berupaya mengkaji kepribadian manusia secara lebih komperhensip. Hanya saja perkembangan disiplin tasawuf  tidak sepesat perkembangan kajian dalam psikologi. Karena meski munculnya belum begitu lama dibandingkan tasawuf, namun psikologi telah mengalami perkembangan yang cukup signifikan, seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi pada umumnya.[2]

2.      Problema psikologis di Era Modern

Pengertian modern bisa digunakan untuk mensifati masa zaman modern misalnya bisa juga untuk mensifati manusianya, kelompok modernis misalnya dan hal itu bisa berlangsung dalam satu masa, bisa jugga tidak. Agama islam ketika baru lahir misalnya seperti dikutip oleh Nurcholis Madjid adalah agama yang terlalu modern untuk zamannya sehingga esensinya tidak dapat ditngkap oleh kebudayaan masyarakat zamannya.sementara itu di Indonesia sekarang ini meski sudah berada dalam abad modern tetapi masih ada masyarakat tradisional dikampung-kampung, masyarakat maju dikota-kota dan bahkan dikota-kota besar sudah ada kelompok yang hidup dalam zaman ultramodern
Dalam zaman global seperti sekarang ini simbol-simbol zaman modern sepertiyang ditampakan oleh peradaban kota tumbuh sangat cepat, jauh melampaui kemajuan manusianya, sehingga kesenjangan antara manusia dan tempat dimana mereka hidup menjadi sangat lebar. Kesenjangan itu melahirkan problem kejiwaan, dan problem itu menggelitik pertanyaan tentang jatidiri manusia. Sepanjang sejarah kemanusiaan, manusia memang selalu bertanya tentang dirinya, karen manusia adalah makhluk yang bisa menjadi subjek dan obyek sekaligus. Al – Quran (QS. 51;21) pun mempertanyakan orang yang tidak mau merenung tentang dirinya, wafi anfusikumafala tubsirun ?
Ciri-ciri zaman modern
Kata modern bisa digunakan untuk memberi predikat kepada orang, waktu, seni, benda dan pemikiran, kebudayaan, dan tingkah laku. Gagasan modern sering dipahami sebagai gagasan pembaharuan dan dipertentangkan dengan gagasan tradisional.
Zaman modern ditandai dengan dua hal sebagai cirinys, ysitu :
1.      Penggunaan teknologi dalam berbagai aspek kehidpan manusia
2.      Berkembangnya ilmu pengetahuan sebagai wujud dari kemajuan intelektual manusia.
Manusia modern idealnya adalah manusia yang berfikir logis dan mampu menggunakan berbagai teknologi untuk menigkatkan kualitas kehidupan manusia. Dengan kecerdasan dan bantuan teknologi, manusia modern mestinya lebih bijak dan arif, tetapi dalam kenyataan banyak manusia yang kualitas kemanusiaannya leih rendah dibanding kemajuan berpikir dan teknologi yang dicapainya. Akibat dari ketidak seimbangan ini kemudian menimbulkan gangguan kejiawaan. Celakannya lagi, penggunaan alat transportasi dan alat komunikasi modern menyebabkan manusia hidup daka pengaruh global da dikendalikan oleh arus informasi global, padahal ketidak kesiapann mental manusia secara individu bahkan  secara etnis tidaklah sama.
Ketidak berdayaan manusia bermain dalam pentas peradaban modern yang terus melaju tanpa dapat dihentikan itu menyebabkan sebagian besar “manusia modern” itu terperangkap dalam situasi yang menurut istilah psikolog humanis terkenal, Romally disebut sebagai “manusia dalam kerangkeng”, satu istilah yang menggambarkan salah satu derita manusia modern. Manusia modern itu sebenarnya adalah manusia yang sudah kehilangan makna, manusia kosong, the hollow man. Ia resah setiap mengambil keputusan ia tidak tahu apa yang diinginkan, dan tidak mampu memilih jalan hidup yang diinginkan.
Para psikolog menyebutnya sebagai gejala keterasingan, alienasi, yang disebabkan oleh:
(a)    Perubahan sosial yang berlangsung cepat
(b)   Hubungan hangat antar manusia sudah berubah menjadi hubungan yang gersang
(c)    Lembaga tradisional sudah berubah menjadi lembaga rasional
(d)   Masyrakat yang homogen sudah berubah menjadi heterogen
(e)    Dan stabilitas sosial berubah menjadi mobilitas sosial.
Begitulah manusia modern, ia melakukan sesuatu bukan karena ingin melakukannya, tetapi karema merasa orang lain menginginkan agar ia melakukannya. ia merasa memiliki ratusan topeng sampai ia lupa wajah asli miliknya. Manusia modern adalah manusia yang sudah kehilangan jati dirinya, pelakunya sudah seperti perilaku robot tanpa perasaan. Senyumnya tidak lagi seindah senyum fitri seorang bayi, tetapi lebih sebagai make up, tawanya tak spontan lagi seperti tawaceria kanak-kanak dan remaja, tetapi tawa diatur sebagai bedak untuk menutupi borok-borok akhlaknya, dan kesemuanya sudah diprogram kapan harus tertawa dan kapan harus menangis.
Jika secara keseluruhan manusia modern tidak menangkap dan memahami kebenaran-kebenaran agama yang universal dan abadi maka pudarnya visi intelektual semacam ini menurut Sayyid Hosssein Nasr berkaitan dengan tak berartinya lagi keberadaan sebagai umat manusia. Keadaan ini, yakni kepasrahan menerima dirinya dan kekeliruan memandang benda-benda yang lazim disebut “keadaan geting manusia modern yang eksistensial” adalah tipe manusia yang tidak mampu mempertajam daya kitisnya terhadapdirinya dan dengan demikian tak lagi kritis memandang kebenaran-kebenaran objektif yang terkandung dalam ajaran agama.
Gangguan Kejiwaan Manusia Modern
Sebagai akibat dari sikap hipokrit yang berkepanjangan maka manusia modern mengidap gangguan kejiwaan antara lain berupa:
(a)    Kecemasan
(b)   Kesepian
(c)    Kebosenan
(d)   Peilaku yang menyimpang
(e)    Psikosomatis

1.      Kecemasan
Perasaan cemas yang diderita manusia modern tersebut diatas adalah bersumber dari hilangnya makna hidup, the meaning of life. Secara fitri manusia memiliki kebutuhan akan makna hidup. Makna hidup dimiliki oleh seseorang manakala ia memiliki kejujuran dan merasa hidupnya dibutuhkan oleh oranglain (dan telah) mengerjakan sesuatu yang bermakna untuk orang lain. Makna hidup biasanya dihayati oleh para pejuang dalam bidang apapun, karena pusat perhatian pejuang adalah pada bagaimana bisa menyumbangkan sesuatu untuk kepentingan orang lain.

2.      Kesepian
Ganggguan kejiawaan berupa kesepian bersumber dari hubungan antar manusia dikalangan masyarakat modern yang tidak lagi tulus dan hangat. Kegersangan hubungan manusia ini disebebkan karena semua manusia modern menggunakan topeng sosial untuk menutupi wajah kepribadiannya.sebagai akibat dari hubungan yang gersang, manusia moder mengidap perasaan sepi, meski ia berada ditengah keramaian. Sebagai manusia ia benr-benar merasa sendirin, karena yang hanya disekelilingnya hanyalah topeng-topeng. Ia tidak dapat menikmati senyuman orang lain, karena ia pun mempersepsi senyuman orang itu sebagai topeng. Pujian orang kepadanya dianggap hanyalah basa basi yang sudah diprogram, bahkan ucapa cinta dari sang kekasihpun terdengar hambar karena ia menganggap kekasihnyapun sebagai orang yang sedang mengenakan topeng cinta

3.      Kebosanan
Karena hidup tak bermakna, dan hubungan dengan manusia lain terasa hambar karena ketiadaan ketulusan hati, kecemasan yang selalu, mengganggu jiwanya dan kesepian yang berkepanjangan, menyebabkan manusia modern ini menderit gangguan kejiwaan berupa kebosanan
Kecemasan dan kesepian yang berkepanjangan akhirnya membuatnya menjadi bosan, bosan kepada kepura-puraan, keada kepalsuan, tetapi ia tidak tau harus melakukan apa untuk menghilangkan kebosanan itu

4.       Perilaku menyimpang
Dalam keadaan jiwa yang kosong dan rapuh ini, maka jiwa seseorang tidak mampu berfikir jauh, kecenderungan kepada memuaskan motif kepada hal-hal yang rendah agak sedikit menghibur. Manusia seperti itu lah yang mudah dipengaruhi untuk melakukan hal-hal yang menyenagkan meskipun perbuatan itu menyimpang dari norma-norma moral. Kondisi psikologi mereka seperti hausnya orang yang sedang berada dalam pengaruh obat terlarang. Dalam keadaan tak mampu berfikir, apa saja ia melakukan asal memperoleh minuman. Kekosongan jiwa itu dapat menghantarkan mereka pada perbbuatan merampok orang meskipun mereka tidak membutuhkan uang, memperkosa orang tanpa ada sebab-sebab yamh harus membuatnya membunuh, pokoknya semu perilaku menyimpang yang secara sepintas seakan memberikan hibura dapat mereka lakukan.

5.      Psikosomatik
Psikosomatik adalah gangguan fisik yang disebabkan oleh faktor-faktor kejiwaan dan sosial. Seseorang jika emosinya menumpuk dan memuncak maka hal itu dapat menyebabkan terjadinya goncangan dan kekacuan pada  dirinya. Jika faktor-faktor yang menyebakan memuncaknya emosi itu secara berkepanjangan tidak dapat dijauhkan, maka ia dipaksa untuk selalu berjuang mnekan perasaannya. Perasaan tertekan, cemas, kesepian, dan kebosanan yang berkepanjangan dapat mempengaruhi keehatan fisiknya.
Jadi psikomatik dapat disebut sebagai penyakit gabungan fisik dan mental, yang dalam bahasa Arab disebut nafsajasadiyyah atau nafsabiolojiyyah. Yang sakit sebetulnya jiwanya tapi menjelma dalam bentuk sakit fisik.
      Penderita psikomatik biasanya selalu mengeluhmerasa tidak enak badan, jantung berdebar-debar, merasa lemah dan tidak bisa konsentrasi. Wujud psikomatik bisa dalam bentuk syndrom, trauma, stress, ketergantungan pada obat penenang/alkohol,narkotik atau berperilaku menyimpang.
      Manusia modern penderita psikomatik adalah ibarat penghuni kerangkeng yang sudah tidak lagi menyadari bahwa kerangkeng itu merupakan belenggu. Baginya berada dalam kerangkeng seperti ini memang sudah seharusnya begitu, ia sudah tidak bisa membayangkan seperti apa alam diluar kerangkeng.[3]

3.      Peran tasawuf dalam menghadapi prolema psikologis

Seabagai makhluk yang memiliki kesadaran, manusia menyadari adanya problem yang mengganggu kejiwaannya. Oleh karena ittu sejarah manusia juga mencatat adanya upaya mengatasi problem tersebut. Upaya-upaya tersebut ada yang bersifat mistik yang irrasional, ada juga yang bersifat  logic, konsepsional dan ilmiah. Secara alamiah manusia merindukan kehidupan yang tenang dan sehat, baikjasmani dan rohani, kesehatan yang bukan hanya menyangkut badan, tetapi juga kesehatan mental. Suatu kenyataan menunjukan bahwa peradaban manusia yang semakin maju berakibat pada semakin kompleknya gaya hidup manusia. Bersama dengan pesatnya modernisasi kehidupan, manusia harus menghadapi persaingan yang amat ketat,  pertarungan yang amat tajam, satu keadaan yang menibulkan kegelisahan dan kegalauan. Diantara ciri kehidupan modern adalah berlangsungnya perubahan yang amat cepat dan datangnya tuntutan yang terlalu banyak serta segala sesuatu terkesan serba sementara, tidak terjamin kepastannya. Hal itu semua menyebabkan manusia tidak lagi memiliki waktu yang cukup untuk merenung tentang diri sendiri sehingga manusia cenderung mudah letih jasmani dan letih mental.
Pada masyarakat Barat modern atau masyarakat yang mengikuti peradaban barat yang sekular, solusi yang ditawarkan untuk mengatasi problem kejiwaan itu dilakukan dengan menggunakan pendekatan psikologi, dalam hal ini kesehatan mental (mental health). Sedangkan pada masyarakat islam, karena mereka kaum muslim pada awal sejarahnya tidak mengalami problem psikologis seperti yang dialami oleh masyarakat Barat, maka solusi yang ditawarkan lebih cenderung bersifat religius spiritual, yakni tasawuf atau akhlak. Keduanya menawarkan solusi bahwa manusia itu akan memperoleh kebahagiaan pada zaman apapun jika hidupnya bermakna.
Tasawuf bukan hanya menyadari kita akan keterpisahan dari sumber dan tempat kembali kita yang sejati. Tetapi juga sekaligus menjelaskan kepada kita dari mana kita berasal dan kemana kita akan kembali. Dengan demikian tasawuf memberi kita arah dalam hidup kita.
Dari ajaran sufi, kita jadi paham bahwa manusia itu bukan hanya makhluk fisik, tetapi juga makhluk spiritual, disamping fisiknya, yang memiliki asal-usul spritualnya pada Tuhan.dengan menyadari betapa manusia itu juga makhluk spiritual, maka lebih mungkin kit tidak akan bertindak lebih bijak dan seimbang dalam memperhatikan kesejahteraan, kebersihan dan kesehatan jiwa[4]
Dalam menjawab problema psikologis tasawuf mengajarkan tentang hidup bahagia haruslah hiduup sehat, karena orang yang tidak sehat alias sakit mungkin sekalitidak bahagia. Hidup sehat meliputi fisik dan jiwa.

1.      Kesehatan fisik
Kesehatan fisik dalam ajaran tasawuf tergantung pada makanan dan minman. Makanan dan minuman yang dikonsumsi harus sehat dan halal. Makanan dan minuman yang tidak sehat dapat  menimbulkan berbagai macam penyakit, dan yang haram dapat dapat  mendorong kepada pembentukan karakter yang buruk merupakan cermin jiwa tidak sehat.[5]
Makan haram bukan hanya babi dan minuman yang haram. Tetapi juga penghasilan yang diperoleh dengan cara haram,  seperti hasil curian dan rampasan.
Selain sehat dan halal, dalam tasawuf makanan dianjurkan lebih banyak sayur-sayuran dan buah-buahan, serta sebaiknya tidak terlalu banyak mengkonsumsi daging, karena daging dapat membentuk karakter yang keras, padahal kit dianjurkan bersikap lemah lembut kepada sesama makhluk lainnya.[6]
Mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan juga sejalan dengan gerakan kembali ke alam (back to nature)

2.      Kesehatan jiwa
Selain makanan dan minumn, seperti sholat, puasa dan dzikir juga ikut berpengaruh terhadap kesehatan fisik maupun jiwa. Sholat selain untuk beribadah ataupun melatih jiwa juga terdiri atas beberapa posisi tubuh yang masing-masing bedampak positif bagi kesehatan.
Misalnya sujud, dengan posisi ini lutut yang mmbentuk sudut tepat memungkinkan otot-otot perut berkembang dan mencegah timbulnya kegembyoran dibagian tengah, memperlancar aliran darah kebagian atas tubuh terutama kepala (termasuk mata, telinga dan hidung) dan juga paru-paru.
Selain sholat, puasa juga mengandung manfaat bagi kesehatan, dengan berpuasa, maka fungsi-funsgi tubuh diistirahatkan dan diberi peluang untuk segar kembali. Selma berpuasa kegiatan yang biasa dalam pencernaan dikurangi , sehingga memungkinkan tubuh untuk mengeluarkan bahan-bahan yang tidak berguna serta memperbaiki kerusakan akibat kesalahan pola makan yang berlangsung lama.
Ibadah yang berdampak positif lainnya yaitu dzikir, dengan dzikir, pikiran menjadi tenang, sehingga orang akan akan hidup sehat, terhindar dai berbagai penyakit-penyakit yang biasa timbul dari gangguan jiwa, seperti stress. Dzikir juga akan membentuk akelerasi mulai dari renungan, sikap, aktualisasi sampai memperhatikan alam. Dzikir berfungsi untuk memantapkn hati, energi akhlak, terhindar dari bahaya dan terp jiwa yang semua fungsi tersebut sangat diperlukan oleh manusia sekarang ini yang cinderung sekuler.

BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
Dengan demikian yang dimaksud problem psikologi adalah suatu persoalan perbuatan, perbuatan atau proses-proses mental dan alam pikiran diri atau orang yang berperilaku yang dirasakan oleh manusia yang menuntut adanya suatu pemecahan masalah.

2.      Saran
Demikianlah makalah ini saya buat. Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Karena sesungguhnya kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang kontruktif untuk memperbaiki makalah berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah referensi pengetahuan kita.









DAFTAR PUSTAKA
An-Najar, Amir, psikoterpi sufistik dalam kehidupan modern, Jakarta Selatan : Penerbit Hikmah, 2004
Kartanegara, Mulyadi, Menyelami Lubuk Tasawuf. Jakarta : Penerbit Erlangga, 2006
Madjid, Nurcholis, dkk, manusia modern mendamba Allah : renungan tasawuf positif, Jakarta: Ilman dan penerbit Hikmah, 2002.
Muhammad, Hasyim, Dialog anatara Tasawuf dan Psikologi, Yogyakarta : Walisongo Press dengan Pustaka Pelajar (Anggota IKAPI), 2002.
Tebba, Udirman, Tasawuf Positif, Bogor : Kencana,2003
Umar, Nasaruddin, Tasawuf Modern, cet II, Jakarta : Republika Penerbit, 2015


[1] Nasaruddin Umar, Tasawud Modern (Jakarta, Republika Penerbit, 2015) hal 2
[2] Muhammad Hasyim, dialog antara Tasawuf dan Psikologi (yogyakarta, Walisono Press dengan Pustaka Pelajar (anggota IKAPI),2002) hal 1,2
[3] Nurcholis Madjid dkk, Manusia Modern Mendamba Allah: renungan Tasawuf Positif (jakarta, Ilman dan penerbit hikmah, 2002) hal 165,174
[4] Mulyadhi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006) hal. 272.
[5] udirman Tebba, Tasawuf Positif, (Bogor: Kencana, 2003) hal. 29
[6] Udirman Tebba, Tasawuf Positif, (Bogor: Kencana, 2003) Ibid., hal. 30

0 komentar:

Posting Komentar