MAKALAH
PENGERTIAN
UMUM TASAWUF
Pendahuluan
- Latar belakang
Sebutan atau
istilah tasawuf tidak pernah dikenal pada masa nabi maupun khulafaur rasyidin,
karena pada masa itu para pengikut nabi saw diberi panggilan sahabat. Panggilan
ini adalah yang paling berharga pada saat itu. Kemudian pada masa berikutnya,
yaitu pada masa sahabat, orang – orang muslim yang tidak berjumpa dengan beliau
disebut tabi’in, dan seterusnya disebut tabi’it tabi’in.
Munculnya istilah tasawuf baru dimulai pada pertengahan abad III
hijriyah, oleh abu hasyim al – kufy ( w 250 H ) dengan meletakkan al – sufi dibelakang namanya, sebagaimana
dikatakan oleh nicholson bahwa sebelum abu hasyim al – kufy telah ada ahli yang
mendahuluinya dalam zuhud, wara, tawakkal, dan dalam mahabbah, akan tetapi dia
adalah yang pertamakali diberi nama al – sufi. (R. A. Nicholson, 1969).
Oleh karena itu, berdasarkan sedikit penjelasan diatas, kita harus
mengetahui secara detail tentang pengertian umum tasawuf.
- Rumusan masalah
1. Apakah tasawuf itu?
2. Apa saja pembagian tasawuf itu?
Pembahasan
- Pengertian tasawuf
Tasawuf adalah istilah yang
digunakan untuk menyebut jalan yang menghubungkan kepada sang Maha benar, Allah
ta’ala, yang ditempuh oleh sufi dan para mutashawif. Sebagian dari para
penempuh kebenaran berpendapat bahwa tasawuf adalah tindakan Allah mematikan
aspek kejiwaan dan ego manusia untuk kemudian membawanya naik menuju kehidupan
lain dengan cahaya – Nya. Dengan kata lain, tasawuf adalah tindakan allah mem
fana kan manusia dengan kehendak – Nya, serta dorongan – Nya menuju amal dengan
kehendak – Nya yang khusus dan pilihanya sendiri.[1]
Secara etimologis, para ahli berselisih
pendapat tentang asal kata tasawuf. Sebagian menyatakan bahwa kata
tasawuf berasal dari shuffah yang berarti emper masjid nabawi yang didiami oleh
sebagian sahabat anshar. Ada pula yang mengatakan berasal dari shaf, yang
berarti barisan. Seterusnya ada yang mengatakan dari shafa, yang berarti
bersih/jernih, dan masih ada lagi yang mengatakan berasal dari kata shufanah,
yakni nama kayu yang bertahan tumbuh di padang pasir. Dari sekian banyak
pengertian tentang tasawuf, kata shuf yang berarti (bulu domba) lah yang paling
cenderung. Karena, orang yang berpakaian bulu domba disebut muthasawwif,
perilakunya disebut tasawuf.[2]
Untuk melandasi masing – masing pendapat diatas, dibawah ini akan
dikemukakan dasar dasar dan alasan alasan yang memperkuat
عن انس بن مالك قال: كان رسول
الله
ص م: يجيب دعوة العبد ويركب
الحمار ويلبس الصوف
“Anas meriwayatkan
bahwa Rasulullah SAW mendatangi undanan seorang hamba sahaya, beliau naik
keledai dan mengenakan pakaian bulu domba”. (Dalam al – suhrawardi, sebagaimana
dikutip oleh Amin Syukur )
Hasan bashri berkata :
لقد ادركت سبعين بدريا كان
لباسهم الصوف
“Aku telah bertemu
tujuhpuluh pasukan Badar yang mengenakan pakaian bulu domba”. (Dalam al –
suhrawardi, sebagaimana dikutip oleh Amin Syukur).
Hadits mauquf dan maqtu’ menjadi dasar bahwa istilah tasawuf berasal dari
akar kata shuf (bulu domba) sebagai pakaian identitas para sufi, sebagai
wujud kesederhanaan atau sebagai protes sosial atas kemewahan masyarakat
setempat.
Adapun sebagai dasar pemikiran
bahwa istilah tasawuf berasal dari shafa (bersih) dan shaf ialah
karena kebersihan hati ahli tasawuf itu sendiri, sehingga mereka diharapkan
berada pada barisan (shaf ) pertama di sisi Allah SWT. Hal tersebut
telah menjadi cita – cita yang tinggi dan kesungguhan mereka dalam
menghadap Allah yang dilakukan dengan sepenuh hati.[3]
Sebagai dasar bahwa istilah tasawuf berasal dari shuffah adalah
hadits mauquf yang diceritakan oleh sahabat Abi Hurairah yg berbunyi sbg
berikut.
لقد رايت من اهل الصفة يصلون
فى ثوب واحد منهم لايبلّغ ركبته فاذا ركع احدهم قبض بيديه مخافة ان يبدوعورته
“Sungguh aku telah melihat ahli shuffah sama menjalankan shalat
dengan memakai satu pakaian yang sempit, sebagian ada yang tidak mencapai dua
lututnya. Maka apabila dia rukuk, para sahabat yang memeganginya, khawatir
auratnya terbuka”. (Dalam al – shuhrawardi, sebagaimana dikutip oleh Amin
Syukur)
Melihat kenyataan mereka yang hidup sangat sederhana dan tak berumah
tangga, maka sebagian ulama ada yang mengaitkan tasawuf kepada mereka ini.
Itulah sebabnya al – shuhrawardy menyatakan, sekalipun secara ilmu bahasa tidak
tepat jika istilah tasawuf berasal dari shuffah, namun secara ma’nawi
dapat dibenarkan.
Yang menyatakan istilah tasawuf
berasal dari kata shuffah, karena amaliah ahli shuffah tersebut,
seperti mendekatkan diri keada Allah SWT dan hidup sederhana.
Dari beberapa pendapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa adanya
perbedaan pendapat tentang asal usul kata tasawuf itu dilatarbelakangi oleh
perbedaan sudut tinjauan. Tasawuf dikatakan berasal dari shuf, karena
tinjauanya dititikberatkan pada segi lahiriah, yakni pakaian yang terbuat dari
bulu yang biasa dipakai oleh hari tasawuf. Sementara bagi yang menyatakan dari
kata shafa yang berarti bersih, adalah karena ahli tasawuf berusaha
membersihkan jiwa dari sifat – sifat tercela.
Dan dikatakan berasal dari shufanah
karena kebanyakan para ahli tasawuf berbadan kurus kering, akibat banyak
berpuasa dan banyak bangun malam, sehingga badanya menyerupai pohon tersebut.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa letak perbedaan tersebut adalah
berada pada perbedaan sudut pandang, yaitu sudut cara, pakaian dan hasil serta
hubungan antara Khalik dengan makhluk.
Meskipun secara terminologis para ulama berbeda pendapat tentang arti
serta asal – usul kata tasawuf, namun yang paling tepat adalah berasal dari
kata shuf (bulu domba), baik dilihat dari konteks kebahasaan, sikap
kesederhanaan, maupun aspek kesejahteraan. Tetapi yang dimaksud bulu domba di
sini bukanlah dalam pengertian modern, yaitu pakaian bergengsi yang hanya di
pakai oleh orang – orang kaya, melainkan kasar yang dipakai oleh orang – orang
miskin di Timur Tengah pada zaman dahulu. Orang – orang sufi ingin hidup
sederhana dan menjauhi keduniaan, sehingga mereka hidup sebagai orang – orang
miskin dengan memakai kain kasar tersebut.[4]
Dari sekian banyak pengertian tentang tasawuf yang masing – masing sesuai
dengan subjektivitas para sufi, maka seorang penulis (ibrahim basyuni)
misalnya, mengklarifikasikan definisi tasawuf menjadi tiga varian yang
menunjukkan elemen – elemen. Pertama al – bidaya, kedua, al – mujahadah, dan
ketiga, al – muzaqot.
2. Pembagian Tasawuf
Secara keseluruhan ilmu atau pada
umumnya,tasawuf dibagi menjadi dua yaitu :
1.
Ilmi /nadhari (teoritis)
2.
Amali / tathbiqi ( praktek)
Sementara secara akademik, tasawuf dibagi menjadi
tiga bagian yaitu :
1.
Tasawuf Akhlaki
2.
Tasawuf Amali
3.
Tasawuf Falsafi
1.
Tasawuf akhlaki
Ajaran tasawuf yang membahas tentang
kesempurnaan dan kesucian jiwa yang diformulasikan pada pengaturan sikap mental
dan pendisiplinan tingkah laku yang ketat, guna mencapai kebahagiaan yang
optimal.
Penyucian jiwa raga bermula dari pembentukan pribadi
yang bermoral paripurna, dan berakhlak mulia, dalam ilmu tasawuf dikenal dengan
:
- Takhalli, yaitu membersihkan diri akhlak yang madzmumah (sifat tercela, dan penyakit hati yang merusak).
- Tahalli, yaitu menghiasi diri dengan akhlak al karimah (membiasakan diri dengan sifat dan sikap yang baik)
- Tajalli, yaitu terbukanya penglihatan diri, pendekata rasa, dan pemamahaman tentang Tuhan (meliputi tentang Tuhan : Af’al, Sifat, Dzat, dan ketentuan hukum-hukum Tuhan)
2.
Tasawuf Amali
Ajaran tasawuf yang membahas
tentang bagaimana tata cara atau metode cara bertasawuf (mendekatkan diri
kepada Allah secara kelembagaan atau secara sistem khusus)
Dalam dunia ke tarekatan dikenal dengan istilah :
Murid : 1. Mubtadi (menguasai
ilmu lahir)
2. Mutawwasih
(menguasai ilmu lahir dan belajar ilmu batin)
3.
Muntahi (dapat menguasai kedua-duanya)
Mursid/guru adalah sesorang yang membimbing murid mencapai tujuan mendekatkan
diri kepada Allah swt
3.
Tasawuf Falsafi
Ajaran-ajaran tasawuf yang memadukan
antara visi intuitif dan visi rasional,
terminologi filosofis yang digunakan berasal dari macam-macam ajaran
filsafat yang mempengaruhi para tokohnya, namun tidak menghilangkan
orisinalitasnya sebagai tasawuf tidak hilang.
Penutup
- Kesimpulan
Banyak sekali
definisi – definisi dan pengertian tentang tasawuf yang kita ketahui, hal ini
dikarenakan tasawuf berbicara soal rasa yang tentunya setiap pelakunya akan
menemui atau merasakan hal yang berbeda – beda.
- Saran
Adapun yang menjadi saran dalam penulisan makalah ini adalah
:
- Diharapkan kepada para pembaca agar memberikan saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi perbaikan makalah ini maupun makalah selanjutnya.
- Diharapkan makalah ini dapat memenuhi sebagian tugas dalam mata kuliah Tasawuf Sosial.
DAFTAR
PUSTAKA
Gulen, Muhammad, Fethullah, Tasawuf untuk kita semua, (Jakarta
: Republika, 2014).
Syukur, Amin, Menggugat Tasawuf, (Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 1999).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar