A. LATAR BELAKANG
Seperti yang di jelaskan oleh kelompok
pertama, pada hari jumat tanggal 27 Maret 2015. Bahwasanya Filsafat muncul
karena ke kritisan orang Yunani yang tak lagi percaya begitu saja dengan
mitos-mitos yang berkembang saat itu. Orang yang mula-mula sekali menggunakan
akal secara serius adalah orang Yunani yang bernama Thales (624-546 SM). Dialah
yang digelari Bapak Filsafat. Gelar itu di nobatkan padanya karena
pertanyaannya yang sangat luar biasa, yaitu: Apakah sebenarnya bahan alam semesta ini? Ia senderi menjawabnya:
air. Setelah itu silih berganti filosof sezamannya dan sesudahnya. Seperti
Anaximandros (610-546 SM), murid dari Thales yang mengkritik teori dari
gurunya. Semakin lama persoalan yang dipikirkan oleh manusia semakin luas, dan
semakin rumit pula pemecahannya.
Buah pikiran – yaitu hasil kerja akal
– yang mulai mengagetkan manusia awam barangkali pertama kali dilontarkan oleh
Heraclitus (535-475 SM), tatkala ia berkata bahwa segalanya yang ada akan
berubah, indera kitalah yang tertipu atau yang menipu. Muncul-lah Parmanides
yang dikenal sebagai logikawan dalam filsafat, yang terkenal dengan
pemikirannya (Being dan Aletheia). Empedocles (490-435 SM) setuju dengan
Parmanides tentang alam ini, bahwa segala sesuatu tidak dapat berubah. Namun,
ia tak setuju bahwa presepsi indera kita tidak dapat di percaya, namun
sebaliknya. Demokritos (460-370 SM) filsafat pertama yang beranggapan, bahwa
asas tertinggi manusia adalah etika. Cerita singkat di atas telah
memperlihatkan bahwa karya akal memang cukup hebat. Keadaan itu di buat semakin
ramai oleh kemunculan Zeno (490-an SM), yang di perkirakan ia yang menandai
kemunculan pemikiran sofisme. Ia
berhasil membuktikan ruang kosong itu tidak ada, pluralitas (jamak) tidak ada,
gerak tidak ada. Jadi, semua yang mapan dalam pandangan orang awam menjadi
goyah. Inilah salah satu karya yang hebat itu: kebimbangan. Kaum sofis menjadikan manusia sebagai pusat
pemikirannya.[1]
B.
TOKOH PRA-SOCRATES
a.
Thales (625-545 SM)
Dia seorang filsuf
Yunani Kuno (625-545 SM), berasal dari Miletos (pantai barat Asia Kecil/Turki).
Thales berprofesi sebagai saudagar, profesi yang membuatnya sering berpergiaan.
Selain Filsuf, Thales juga menguasai ilmu Geometri, Astronomi, dan Politik.
Bersama dengan Anaximandros dan Anaximenes mereka di golongkan sebagai Madzhab
Miletos. Pemikiran Thales yang sangat terkenal adalah “Air adalah prinsip dasar
segala sesuatu”. Menurut Aristoteles, bahwa Thales filsuf pertama yang
memikirkan asal mula terjadinya alam semesta.
b.
Anaximandros (610-546 SM)
Sama seperti Thales
(Gurunya), Anaximandros bermadzhab Miletos. Karyanya terbesar adalah Ia
berhasil membuat Peta Bumi yang pertama kali. Anaximandros juga ahli dalam
Astronomi dan Geografi. Pemikiran Anaximandros, meskipun dia murid Thales,
justru dia tidak membenarkan pendapat dari Thales bahwa “Air adalah prinsip
dasar segala sesuatu”. Dia berpendapat bahwa prinsip segala sesuatu adalah “To
Aperion”.
c.
Heraclitus (535-475 SM)
Lahir di Ephesus
sebuah kota perantauaan di Asia Kecil. Heraclitus mendapat julukan sebagai “Si
Gelap dari Yunani Kuno.” Pemikirannya yang terkenal adalah bahwa segala yang ada
akan berubah, ia mempercayai Arche
(asas yang pertama dari alam semesta) adalah “Api”. Dia menganut paham
Relatisfme.
d.
Parmenides (540-475 SM)
Lahir di kota Elia,
kota perantau Yunani di Italia Selatan. Ia menganut ajaran Phytagoras. Inti
dari pamikirannya adalah “Jalan kebenaran dan jalan pendapat” (Being dan
Aletheia).
e.
Empedocles (490-435 SM)
Lahir di Akragos,
pulau kecil di Sicilia. Dia sangat di pengaruhi ajaran phytagoras, permenides,
dan aliran keagamaan refisme. Ia pandai dalam Kedokteran, Penyair Retorika,
Politik, dan Pemikir. Ia menulis karyanya dalam bentuk puisi seperti
Parmenides. Empedocles sependapat dengan Parmenides, bahwa alam semesta di
dalamnya tidak ada hal yang di lahirkan secara baru, dan tidak ada hal yang
hilang. Ia setuju dengan konsep ruang kosong, akan tetapi ia mempertahankan
adanya pluralitas dan perubahan dari hasil pengamatan indera.
f.
Demokritos (460-370 SM)
Lahir di kota Abdera,
di pesisir Thrake Yunani Utara. Ia termasuk filsuf yang bermadzhab Atomisme.
Demokritos dikenal sebagai sarjana yang menguasai segala bidang, karena Ia
menulis berbagai karya tulis seperti Ilmu Alam, Astronomi, Matematika, Sastra,
Epistimologi, dan Etika. Ada 300 kutipan tentang pemikiran Demokritos di dalam
sumber-sumber kuno, sebagian besar kutipannya tersebut tentang etika. Sayang,
semua karya-karya Demokritos tidak ada yang tersimpan.[2]
g.
Sofisme
Sofis adalah nama yang
diberikan kepada sekelompok filsuf yang hidup dan
berkarya pada zaman yang sama dengan Sokrates. Mereka muncul pada pertengahan hingga
akhir abad ke-5 SM. Meskipun sezaman, kaum sofis di pandang sebagai
penutup era filsafat pra-sokratik sebab Sokrates
akan membawa perubahan besar di dalam filsafat Yunani. Golongan sofis
bukanlah suatu mazhab tersendiri, sebab para filsuf yang digolongkan sebagai
sofis tidak memiliki ajaran bersama ataupun organisasi tertentu. Karena itu,
sofisme dipandang sebagai suatu gerakan dalam bidang intelektual di Yunani saat
itu yang disebabkan oleh beberapa faktor yang timbul saat itu.[3]
Kaum sofis menjadikan manusia sebagai pusat pemikirannya.
Singkat cerita, setelah perang melawan Persia usai (449-an SM), kehidupan
social-politik dan ekonomi orang Yunani berjalan lancar. Begitupun dengan
pengetahuaannya, akhirnya mereka menganggap bahwa belajar itu sangat penting,
dengan adanya ideology semacam itu muncul-lah orang-orang yang mengajarkan ilmu
pengetahuaan, mereka mengajar bukan semata-mata mengajar saja, namun mereka
mendapat imbalan dari apa yang mereka ajarkan. Hal ini membuat kaum sofis
menjadi jelek, tuduhan dari masyarakat adalah menganggap mereka meminta sumbangan
dengan apa yang mereka ajarakan. Akan tetapi kini ada usaha menilai kaum sofis
secara positif di antaranya:
1.
Kaum sofis menjadikan manusia sebagai pusat
pemikiran filsafatnya. Tidak hanya itu, bahkan pemikiran manusia itu
sendiri dijadikan tema filsafat mereka. Contohnya: Pandangan Prodikos tentang
dewa-dewi sebagai proyeksi pemikiran manusia, atau pandangan Protagoras tentang
proses pemikiran untuk mengenali sesuatu.
2.
Kaum sofis merupakan pionir dalam hal
pentingnya bahasa di dalam filsafat. Hal itu terlihat dari berkembangnya
retorika dan juga pentingnya pemakaian kata yang tepat. Selain itu, kaum
sofis juga menciptakan gaya bahasa baru untuk prosa Yunani Sejarawan-sejarawan
Yunani yang besar seperti Herodotus danThukydides, amat dipengaruhi
oleh mereka. Kemudian etika kaum sofis juga memengaruhi dramawan-dramawan
tersohor seperti Sophokles dan Euripides.
3.
Kaum sofis memberikan pengaruh besar terhadap
pemikiran Sokrates, Plato, dan Aristoteles. Karena itu, secara tidak
langsung, kaum sofis memberikan sumbangan besar terhadap filsafat zaman klasik
dengan tiga filsuf utama tersebut.[4]
C.
Pemikiran Tokoh Filsuf pra-Socrates
a.
Thales (625-545 SM)
Menurut Thales
azas-pemula adalah air, yang dalam sifatnya yang bergerak-gerak
merupakan azas kehidupan segala sesuatu: bukanlah segala sesuatu hidup, seperti
yang barangkali dimaksudkan oleh ungkapan: “Segala sesuatu penuh dengan
dewa-dewa”. Pemikiran Thales dikelompokan menjadi empat:
1.
Air Sebagai Prinsip
Dasar Segala Sesuatu
Argumentasi Thales terhadap
pandangan tersebut adalah bagaimana bahan makanan semua makhluk hidup
mengandung air dan bagaimana semua makhluk hidup juga memerlukan air untuk
hidup. Karena air adalah sumber kehidupan, dan tanpa air makhluk hidup pasti
akan mati. Selain itu, air adalah zat yang dapat berubah-ubah bentuk (padat,
cair, dan gas) tanpa menjadi berkurang.[5]
2.
Pandangan Tentang Jiwa
Thales berpendapat bahwa
segala sesuatu di jagat raya memiliki jiwa. Jiwa tidak hanya terdapat di
dalam hidup, tetapi juga benda mati. Teori tentang materi berjiwa ini
disebut hylezoisme.
Argumentasi Thales didasarkan pada magnet yang dikatakan memiliki jiwa karena
mampu menggerakkan besi.
3.
Theorima Thales
·
Lingkaran
dibagi dua oleh garis yang melalui pusatnya yang disebut dengan diameter.
·
Besarnya
sudut-sudut alas segitiga sama kaki adalah sama besar.
·
Sudut-sudut
vertical yang terbentuk dari dua garis sejajar yang dipotong oleh sebuah garis
lurus menyilang, sama besarnya.
·
Apabila
sepasang sisinya, sepasang sudut yang terletak pada sisi itu dan sepasang sudut
yang terletak di hadapan sisi itu sama besarnya, maka kedua segitiga itu
dikatakan sama sebangun.
·
Segitiga
dengan alas diketahui dan sudut tertentu dapat digunakan untuk mengukur jarak
kapal.[6]
4.
Pandangan Politik
Thales menyarankan bahwa untuk
mempertahankan Negara dari ancaman serangan oleh Negara lain yaitu dengan
membentuk pusat pemerintahan dan administrasi bersama di kota yang
memiliki posisi sentral di Negara tersebut.[7]
b.
Anaximandros (610-546 SM)
Meskipun
Anaximandros merupakan murid Thales, namun ia menjadi terkenal justru karena
mengkritik pandangan gurunya mengenai air sebagai prinsip dasar (arche)
segala sesuatu. Menurutnya, bila air merupakan prinsip dasar segala sesuatu,
maka seharusnya air terdapat di dalam segala sesuatu, dan tidak ada lagi zat
yang berlawanan dengannya. Namun kenyataannya, air dan api saling berlawanan
sehingga air bukanlah zat yang ada di dalam segala sesuatu. Karena itu,
Anaximandros berpendapat bahwa tidak mungkin mencari prinsip dasar tersebut
dari zat yang empiris. Prinsip dasar itu haruslah pada sesuatu yang lebih
mendalam dan tidak dapat diamati oleh panca indera. Anaximandros mengatakan bahwa prinsip
dasar segala sesuatu adalah to
apeiron.[8]
Pemikirannya Anaximandros:
1.
To
Apeiron Sebagai
Prinsip Dasar Segala Sesuatu
To apeiron berasal dari bahasa Yunani a=tidak dan eras=batas. Ia merupakan suatu prinsip abstrak yang
menjadi prinsip dasar segala sesuatu. Ia bersifat ilahi, abadi, tak terubahkan,
dan meliputi segala sesuatu. Dari prinsip inilah berasal segala sesuatu yang
ada di dalam jagad raya sebagai unsur-unsur yang berlawanan (yang panas dan
dingin, yang kering dan yang basah, malam dan terang). Kemudian kepada prinsip
ini juga semua pada akhirnya akan kembali.[9]
2.
Tentang Alam Semesta
to apeiron berasal segala sesuatu
yang berlawanan, yang terus berperang satu sama lain. Yang panas membalut yang
dingin sehingga yang dingin itu terkandung di dalamnya. Dari yang dingin itu
terjadilah yang cair dan beku. Yang beku inilah yang kemudian menjadi bumi. Api
yang membalut yang dingin itu kemudian terpecah-pecah pula. Pecahan-pecahan tersebut
berputar-putar kemudian terpisah-pisah sehingga terciptalah matahari, bulan,
dan bintang-bintang. Bumi
dikatakan berbentuk silinder, yang lebarnya tiga kali lebih besar dari
tingginya. Bumi tidak jatuh
karena kedudukannya berada pada pusat jagad raya, dengan jarak yang sama dengan
semua benda lain.
3.
Tentang Makhluk Hidup
Mengenai
terjadinya makhluk hidup di bumi, Anaximandros berpendapat bahwa pada awalnya
bumi diliputi air semata-mata. Karena itu, makhluk hidup pertama yang ada di
bumi adalah manusia. Karena panas yang ada di sekitar bumi, ada laut yang
mengering dan menjadi daratan. Di itulah, mulai ada makhluk-makhluk lain yang
naik ke daratan dan mulai berkembang di darat. Ia berargumentasi bahwa tidak
mungkin manusia yang menjadi makhluk pertama yang hidup di darat sebab bayi
manusia memerlukan asuhan orang lain pada fase awal kehidupannya. Karena itu,
pastilah makhluk pertama yang naik ke darat adalah sejenis ikan yang
beradaptasi di daratan dan kemudian menjadi manusia.
4.
Bidang Astronomi
Tulisan
yang paling menakjubkan dari Anaximander adalah pemikirannya mengenai alam,
posisi bintang, penelitian geometri, peta Yunani maupun peta dunia. Dan
karyanya yang terpenting adalah pengenalan prinsip matematika dan ilmiah dalam
studi astronomi maupun geografi.
5.
Bidang
Meteorologi
Anaximander
menyatakan bahwa petir bukanlah disebabkan oleh Zeus sang raja para dewa yang
mengarahkan trisulanya atau tongkat petirnya, tapi karena pneuma atau udara
yang memadat. Selain itu, Anaximander juga menjelaskan bahwa hujan berasal dari
uap yang dibawa ke atas tepat dibawah matahari. Bukan karena hal-hal yang
berhubungan dengan mitologi dan kekuatan dewa. Namun memang ada sebab dan
prosesnya, dan semua itu juga terjadi secara natural.Tulisan Anaximander
mengenai cuaca dan bidang meteorology ini merupakan catatan pertama manusia
yang menjelaskan fenomena cuaca berdasarkan pemikiran rasinonal manusia bukan
dari legenda taupun mitos.
6.
Penemuan Lainnya
Penemuan
Anaximander yang lain adalah jam matahari. Jam ini dapat menentukan teangah
hari, atau titik bayangan terendah dan juga sebagai arah mata angin. Semua
karya Anaximander ditulis berdasarkan prinsip ilmiah dan rasional, bukan
sekedar mitos. Sebagai seorang yang rasionalis, Anaximander menuliskan
penelitiannnya berdasarkan penghitungan geometri dan matematika.[10]
c.
Heraclitu
Menurut heraclitus alam semesta ini dalam keadaan berubah, suatu
yang dingin berubah menjadi panas, yang panas berubah menjadi dingin. itu
berarati bila kita memahami kehidupan kosmos, kita mesti menyadari bahwa kosmos
itu dinamis kosmos tidak pernah berhenti ia selalu bergerak dan bergerak berarti
berubah, gerak itu menghasilkan perlawanan 2 itulah semesta ini bukan bahan
(stuff)-nya seperti yang dipertanyakasn “semua mengalir” berarti semua berubah
bukanlah pernyataan yang mengandung sederhana. implikasi pernyataan ini amat
hebat hebat. Pernyataan itu mengandung penertian bahwa kebenaran itu selalu
berubah, tidak tetap.[11]
d.
Parmenindes
Inti Utama dari
Pemikiran Parmenides ada 2 Yakni Jalan
Kebenaran dan Jalan Pendapat.
1.
Jalan Kebenaran
Inti utama dari "Jalan Kebenaran" adalah keyakinan bahwa
"hanya 'yang ada' itu ada". Parmenides tidak mendefinisikan apa yang
dimaksud "yang ada", namun menyebutkan sifat-sifatnya. Menurut
Parmenides, "yang ada" itu bersifat meliputi segala sesuatu, tidak
bergerak, tidak berubah, dan tidak terhancurkan. Selain itu, "yang
ada" itu juga tidak tergoyahkan dan tidak dapat disangkal. Menurut
Parmenides, "yang ada" adalah kebenaran yang tidak mungkin disangkal.
Bila ada yang menyangkalnya, maka ia akan jatuh pada kontradiksi.
2.
Jalan Pendapat
Buah pemikirannya yang kedua adalah jalan pendapat. Parmenides
mengajarkan konsep doxa (pendapat umum) dan aletheia (kebenaran). Doxa adalah
kebiasaan dan pandangan umum yang kita dengar dan dapatkan dengan begitu saja.
Dia menghendaki agar kita tidak jatuh pada doxa. Sebaliknya, Parmenides
mengajak agar kita berpegang pada aletheia yang menyandarkan diri pada akal
budi semata. Dalam bersikap, dia mengajarkan agar kita berpikir sendiri dan
menemukan kebenaran itu sendiri. Kita tidak boleh percaya pada gagasan-gagasan
umum yang kebenarannya tidak pasti. Lebih tegas lagi, dia menyatakan kita tidak
boleh percaya pada “lidah dan telinga”. Parmenides menyatakan kebenaran hanya
dapat diperoleh melalui akal budi semata. Dengan akal budi hendaklah kita
menjadi penguji dan hakim segala sesuatu. Dengan akal budi, kita dapat
memperoleh pengetahuan yang murni dan sejati. Pengetahuan ini mampu menangkap
“yang ada”, yang bersifat tetap, dan tidak berubah di balik pengetahuan indera
yang menipu. Parmenides mengajarkan pentingnya berpikir dan mengambil sikap
tegas yang mandiri terhadap apa yang diyakini oleh umum. Pemikiran dan sikap
demikian menunjukkan bahwa keyakinan umum tidak selalu benar. Oleh karena itu,
kita harus melihat realitas dengan menggunakan akal budi secara langsung. Pemikiran
Parmenides membuka babak baru dalam sejarah filsafat Yunani. Dapat dikatakan,
dialah penemu merafisika, cabang filsafat yang menyelidiki “yang ada”. Filsafat
di masa selanjutnya akan bergumul dengan masalah-masalah yang dikemukakan
Parmenides, yakni bagaimana pemikiran atau rasio dicocokkan dengan data-data
inderawi. Plato dan Aristeteles adalah filsuf-filsuf yang memberikan pemecahan
untuk masalah-masalah tersebut.[12]
e.
Empedoclotes
Dalam
pemikirannya dia sependapat dengan Permenides, bahwa alam semesta tak ada
satupun yang dilahirkan sebagai hal yang baru dan dapat di binasakan sehingga
tiada lagi. Dia juga setuju dengan tak ada ruang kosong. Tetapi, ia menentang
kesaksiaan indera adalah palsu. Memang pengamatan indera menunjukan hal yang
jamak, yang berubah, tetapi bentuk kenyataan yang bermacam-macam itu hanya
disebabkan karena penggabungan dan pemisahan keempat anasir (rizomoto) yang
menyusun segala kenyataan. Keempat anasir itu adalah: air, udara, api, dan
tanah. Semuanya mempunyai kualitas yang sama, yaitu tidak berubah ubah segala
yang ada di keempat anasir itu. Perbedaan benda-benda disebabkan karena
campuran atau penggabungan keempat anasir itu berbeda-beda, missal: tulang
terdiri dari 2 bagian anasir tanah, 2 bagian anasir air, dan 4 bagian anasir
api, demikiaan seterusnya.
Proses
penggabungan dan pemisahan anasir itu diatur oleh kekuatan yang saling
berlawanan, yaitu cinta (filotes) dan benci (neikos), cinta menggabungkan,
sedang benci menceraikan keempat tersebut.[13]
sehingga muncul pengelompokan 4 zaman Empedokles yang berlangsung
terus-menerus, silih berganti, dan kembali lagi kepada yang pertama, tiada
henti-hentinya:
1.
Zaman dimana cinta
yang dominan. Alam semesta bagaikan bola, yang semua anasirnya tercampur secara
sempurna dan benci tersisih ke ujung
2.
Zaman yang mana
anasir-anasir tercampur sempurna, mulai diceraikan, sehingga sebagian mulai
dikuasai benci
3.
Zaman cerainya empat
anasir secara sempurna, sehingga benci dominan
4.
Zaman yang dimana
cintai mulai meresap dalam kosmos. Zaman ini sejajar dengan yang kedua, yang
diakhiri dominan cinta. Tetapi, proses ini belum selesai. Kembalilah zaman yang
pertama di mulai dan seterusnya.
Dalam perkembangannya sehingga muncul teori pengenalan: yang sama
mengenal yang sama, karena anasir tanah yang ada pada manusia itulah manusia
mengenal tanah, air, dan sebagainya.[14]
f.
Demokritos
Democritus yang lahir di Abdera adalah seorang
filsuf Yunani yang mengembangkan teori mengenai atom sebagai dasar materi.
Karyanya dijadikan sebagai pelopor ilmu fisika materi yang menutup kemungkinan
adanya intervensi Tuhan atau Dewa. Dalam bidang Astronomi dia juga orang
pertama yang menyatakan pendapat bahwa galaxi Bima Sakti adalah kumpulan
cahaya, gugusan bintang yang letaknya saling berjauhan.[15] Hasil pemikiran
Demokritos di bedakan menjadi:
1.
Tentang Atom
Demokritos berpendapat bahwa atom adalah unsur-unsur yang
membentuk realitas. Nama atom berasal dari bahasa Yunani atomos: a berarti
“tidak” dan tomos berarti “terbagi”. Atom-atom tersebut merupakan unsur-unsur
terkecil yang membentuk realitas. Ukurannya begitu kecil sehingga mata manusia
tidak dapat melihatnya. Selain itu, atom juga tidak memiliki kualitas, seperti
panas atau manis.
2.
Tentang Dunia
Dunia tercipta karena atom-atom yang berbedabentuk saling
mengait satu sama lain. Atom-atom yang berkaitan itu kemudiaan mulai bergerak
berputar, dan semakin lama makin banyak atom yang ikut ambil bagiaan dari gerak
tersebut. Kumpulan atom yang lebih besar tinggal di pusat gerak tersebut sedangkan
kumpulan atom yang lebih halus dilontarkan ke ujungnya. Demikiaanlah dunia
tersebut.
3.
Tentang Manusia
Bahwa manusia juga terdiri dari atom-atom. Jiwa manusia di
gambarkan sebagai atom-atom halus. Atom-atom ini di gerakkan oleh
gambaran-gambaran kecil atas suatu benda yang di sebut eidola. Dengan demikian
muncul kesan-kesan indrawi atas benda-benda tersebut.
4.
Tentang Pengenalan
Setiap benda yang tersusun atas atom-atom mengeluarkan
gambaran-gambaran kecil yang disebut eidola. Gambaran-gambaran inilah yang
masuk ke panca indera manusia dan disalurkan ke jiwa. Manusia dapat melihat
karena gambaran kecil tersebut bersentuhan dengan atom-atom jiwa. Proses
semacam ini berlaku bagi semua jenis pengenalan indrawi lainnya.
5.
Tentang Etika
Nilai tertinggi di dalam hidup manusia adalah keadaan batin yang
sempurna (euthymia). Hal itu dapat di capai apabila manusia menyeimbangkan
semua factor di dalam kehidupan: kesenangan dan kesusahan, kenikmatan dan
pantangan. Yang bertugas menyeimbangkan ini adalah rasio. Dengan demikiaan asas
tindakan manusia adalah keseimbangan.[16]
D.
Perbandingan Pemikiran Tokoh-Tokoh
pra-Socrates
·
Tentang Asal-Usul Segala Hal
Thales berpendapat bahwa
asal-usul segala sesuatu adalah air. Karena air adalah bahan makanan semua makhluk hidup mengandung air
dan semua makhluk hidup juga memerlukan air untuk hidup.
Anaximandros berpendapat bahwa
asal-usul segala sesuatu adalah to Aperion . Karena Ia
merupakan suatu prinsip abstrak yang menjadi prinsip dasar segala sesuatu. Ia
bersifat ilahi, abadi, tak terubahkan, dan meliputi segala sesuatu.
Heraclitus berpendapat bahwa
asal-usul segala sesuatu adalah segala sesuatu itu (menjadi) berubah.
Parminendes berpendapat bahwa
asal-usul segala sesuatu adalah alam semesta tiada satu pun yang di lahirkan
sebagai hal yang baru dan dapat di binasakan sehingga tiada lagi.
Empedoclotes berpendapat bahwa asal-usul segala sesuatu
adalah sama seperti pendapat Parminendes, namun ia menambahkan bahwa kesaksiaan
indera adalah palsu.
Democritos berpendapat bahwa asal
usul segala sesuatu adalah atom. Karena atom adalah unsure-unsur yang membentuk
realitas.
E.
Kesimpulan
Thales adalah ahli filsafat
pertama yang hidup pada abad ke-6 sebelum masehi.
Pandangan Thales merupakan cara berpikir yang sangat tinggi, karena sebelumnya,
orang-orang Yunani lebih banyak mengambil jawaban-jawaban tentang alam dengan
kepercayaan dan mitos-mitos yang dipenuhi dengan ketakhayulan. Thales telah
membuka alam pikiran dan keyakinan tentang alam dan asal muasalnya tanpa
menunggu dalil-dalil yang agamis. Karena Thales-lah banyak bermunculan
tokoh-tokoh filsuf yang mengemukakan pendapat mereka berdasarkan akal dan
pemikirannya, tanpa langsung percaya dengan mitos-mitos yang beredar pada waktu
itu. Thales dikenal sebagai Bapak Filsuf pertama.
Dengan argument dari Thales tentang
asal-usul segala hal yang ada di dunia ini, akhirnya mengembangkan pemikiran
tokoh-tokoh filsuf yang lainnya, seperti Anaximandros yang terkenal dengan
teori to Apeironnya, Heraclitus dengan pendapatnya bahwa hal yang ada di dunia
ini selalu berubah tak menetap, Parminendes bahwa alam semesta tak ada satu pun
yang di ciptakan sebagai hal yang baru, Empedoclotes yang setuju dengan
pendapat Heraclitus dan berargumen bahwa kesaksiaan indera adalah palsu, dan
Democratos yang berpendapat bahwa segala sesuatu itu bersal dari atom.
F.
Penutup
Saran
dan kritik
·
Kerjakan jauh-jauh
hari sebelum pengumpulan dan kerjakan secara bertahap.
·
Rjin mencari
referensi baik buku maupun internet agar makalah yang di buat mencapai 90%
sempurna.
·
Diskusikan dengan
teman-teman bila mempunyai kendala dalam mengerjakan makalah.
·
Mohon kritik dan
saran yang membangun bagi makalah ini, karena makalah ini jauh dari kata
sempurna. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Daftar Pustaka
Prof. Dr. Tafsir,
Ahmad, 2003. Filsafat Umum, Cet.XI.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Soemargono, Soejono, 1992. Sejarah Ringkas Filsafat Barat . Jogjakarta:
PT. Tiara Wacana Yogya
https://books.google.co.id/books?id =sejarah+filsafat+yunani+kaum+sofisme,
di akses pada 29 Maret 2015 Pukul 09:28 wib.
Prof. Dr. Wiramihardja, Sutardjo, 2007.
Pengantar Filsafat, Cet.II. Bandung:
PT. Refika Aditama
http://www.the
famous people.com/profiles/Hiales.263php
www.thebigview.com/greeks/anaximander.html,
di akses pada Kamis,19 Maret 2015 pukul 01:09 wib
http://www.worldcat.org/title/sejarah-filsafat-yunani-dari-thales-ke-aristoteles/oclc/423053081?loc=,
di akses pada Jumat, 20 Maret 2015 pukul
22.06 wib
Schlick, Moristz, 2001. Filsafat Alam . Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
[1] Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat
Umum (Bandung: PT Remaja Rosdakarya)hlm.1
[2] Soejono Soemargono, Sejarah Ringkas Filsafat Barat
(Jogjakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1992)hlm.3-7
[3] Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat
Umum (Bandung: PT Remaja Rosdakarya)hlm.1-2
[4]https://books.google.co.id/books?id =sejarah+filsafat+yunani+kaum+sofisme,
di akses pada 29 Maret 2015 Pukul 09:28 wib.
[5]Prof. Dr. Sutardjo A. Wiramihardja, Psi., Pengantar Filsafat (Bandung: PT. Refika Aditama)hlm.46
[6] http://www.the famous
people.com/profiles/Hiales.263php
[7] Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat
Umum (Bandung: PT Remaja Rosdakarya)hlm.48
[8] Prof. Dr. Sutardjo A. Wiramihardja, Psi., Pengantar Filsafat (Bandung: PT. Refika Aditama)hlm.46
[9] Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat
Umum (Bandung: PT Remaja Rosdakarya)hlm.48
[10] www.thebigview.com/greeks/anaximander.html,
di akses pada Kamis,19 Maret 2015 pukul 01:09 wib
[11] Soejono Soemargono, Sejarah Ringkas Filsafat Barat
(Jogjakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1992)hlm.6
[12] Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat
Umum (Bandung: PT Remaja Rosdakarya)hlm.49-50
[13] Soejono Soemargono, Sejarah Ringkas Filsafat Barat
(Jogjakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1992)hlm.9
[14] http://www.worldcat.org/title/sejarah-filsafat-yunani-dari-thales-ke-aristoteles/oclc/423053081?loc=,
di akses pada Jumat, 20 Maret 2015 pukul
22.06 wib
[15] Soejono Soemargono, Sejarah Ringkas Filsafat Barat
(Jogjakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1992)hlm.10-11
[16] Moristz Schlick, Filsafat
Alam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar)hlm.121-128
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar