Wedus Arab Bukan Wedus Biasa

SEJARAH LAHIRNYA FILSAFAT



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sejarah filsafat bermula di pesisir mediterania bagian timur pada abad ke-6 SM. Dari asia minor filsafat menyebrangi aegean menuju tanah yunani. Ribuan tahun lamanya athena menjadi tanah air filsafat. Sejak iskandariah didirikan oleh iskandar agung pada 332 SM, filsafat mulai merambah dunia timur, dan berpuncak pada 529 M.[1]
Pasalnya, di negeri itulah filsafat lahir dan berkembang hingga mencengangkan peradaban dunia lain hingga abad ini. Karenanya, tidak heran bila banyak pihak mengkaji filsafat berawal dari sejarah peradaban yunani kuno, lalu abad pertengahan, modern sampai abad kontemporer seperti saat ini.
Filsafat muncul di yunani, sebab yunani lebih dikenal sebagai negeri yang tidak memepersoalkan perbedaan status sosial, seperti kasta pendeta, dan iklim lah yang membuat perkembangan pemikiran begitu pesat. Sekitar abad ke-7 SM di yunani mulai berkembang pendekatan yang samasekali berlainan dibanding masa – masa sebelumnya, yaitu pendekatan filsafat.sejak saat itulah orang mulai mencari jawaban rasional tentang berbagai problem yang dihadapi, termasuk beragam masalah mengenai alam semesta.[2]

B.     Rumusan Masalah
1.    Bagaimana mitos mengenai filsafat.?
2.    Bagaimana proses demotologisasi filsafat?
3.    Bagaimana sejarah lahirnya filsafat?
4.    Apa saja cabang – cabang filsafat?
BAB II
PEMBAHASAN
A.      Mitos Mengenai Filsafat
Sebelum filsafat lahir, berbagai mitos dan mite memainkan sebagai tempat lahirnya filsafat memiliki mitos – mitos sebagaimana bangsa – bangsa lain pada masa itu. Berbagai mitos dan mite berupaya menjelaskan asal mula dan peristiwa yang terjadi di alam smesta serta sifat – sifat peristiwa itu.
Ada gagasan yang mengungkapkan dalam bentuk analogi yang lebih filosofis dengan mengatakan “filsafat itu laksamana pohon” maksudnya disini bahwa hakikat dan unsur – unsur  pohon menunjukan gelagat mengenai filsafat. Asumsi bahwa pernah ada pohon yang bernama “filsafat” akan berlaku sebagai mitos yang memandu dan menjaga kesatuan berbagai ide. Makna mitos disini bukan hanya kita memahami maksud ungkapan pohon filsafat, melaikan filsafat itu sendiri banyak berasal dari pola pikir mitologis.
Mircea Eliade dalam karyanya Myth and Reality menjelaskan bahwa mitos adalah suatu cerita lama tentang asal – usul dunia atau benda – benda yang ada di dunia, yang dengan berbagai jalan menjelaskan mengapa keberadaan manusia begitu adanya, atau mengapa norma – norma manusia berkembang sedemikian rupa. Menurut Eliade anggota – anggota suku menilai mitos mereka sebagai kisah yang paling sejati diantara semua kisah nyata. Kesejatiannya ditonjolkan berkali – kali oleh fakta bahwa mengaktifkan mitos dalam bentuk ritual memungkinkan mereka untuk berkuasa terhadap alam.[3]
Pada bangsa Yunani dan disekitarnya, terdapat mitologi yang kaya serta luas. Mitologi ini dapat dikatakan sebagai perintis lahirnya filsafat, karena mitos – mitos ini sudah memberikan jawaban tentang pertanyaan – pertanyaan yang hidup dalam hati manusia. Mitos yang dicari tentang kejelasan asal – usul alam semesta, dan sifat – sifat kejadian dialam semesta.
Mitos bisa muncul pada catatan sejarah yang terlalu dilebih – lebihkan. Bangsa yunani mengadakan beberapa usaha untuk menyusun mitos – mitos yang diceritaka oleh rakyat menjadi satu keseluruhan yang sistematis. Sebelum mitos – mitos  ini dibukukan mitos – mitos yang tidak sesuai atau bertentangan dengan mitos yang lain dibuang. Disinilah sifat irasional bangsa yunani muncul.[4]

B.        Proses Demitologisasi
Jalan yang mengarah dari mitos menuju ilmu, melalui sastra dan filsafat bisa disebut demitologisasi. Hal ini terjadi karena penjelasan mengenai mitos makin lama makin tidak memuaskan manusia. Manusia terus menerus mencari penjelasan untuk mengubahnya menjadi ungkapan kebenaran yang lebih pasti. Mitos yang bertetangan dengan mitos lainnya, nalar cerita tidak bersambung, serta bertentangan dengan indera mulai serius untuk diteliti, mencermati, dan mengobservasi dunia.[5]
Para pelaku filsuf demitologisasi yang terawal di Yunani  filsuf yang hidup pada masa prasocrates yaitu antara Thales dan aristotheles. Salah satu kepedulian utama filsuf prasocrates adalah memberikan hakikat “realitas terdalam”.
C.      Lahirnya filsafat
Empat hal yang melahirkan filsafat yaitu ketakjuban, ketidakpuasan, hasrat bertanya dan keraguan. Kesusastraan yang berkembang di Yunani Kuno dapat dijadikan landasan lahirnya filsafat. Selain untuk hiburan, kesusastraan dalam waktu yang bersamaan juga menjadi semacam teks pendidikan untuk rakyat Yunani kuno.
Sejak awal abad ke-6 SM mulai berkembang pendekatan yang sama sekali berlainan. Sejak itu manusia mulai mencari jawaban – jawaban rasional tentang masalah yang ada dialam semesta. Logos (akal budi, rasio) menggantikan  mitos (mythe). Di Yunani kuno logos dipakai untuk menunjuk sesuatu yang yang siba kita sebut makna yang tersembunyi dalam mitos. Para filsuf sedemikian rupa memahami makna kata logos untuk memisahkan kebenaran dari khayalan.
Pada tahap awal, filsafat mencakup seluruh ilmu pengetahuan. Para filsuf Yunani pertama dikenal sebagai filsuf – filsuf alam. Akan tetapi, filsafat pada masa awal itu sulit untuk diuraikan dan dipaparkan secara jelas dan pasti karena banyak filsuf yang tidak menulis sesuatu apapun sehingga ajaran mereka hanya dapat diketahui dari orang lain.
Terlepas dari keadaan dan keberadaan para filsuf yang baru mengembangkan filsafat itu, yang penting dicatat adalah mereka berani mengayunkan langkah awal yang amat menentukan bagi pertumbuhan dan perkembangan filsafat serta ilmu pengetahuan. Mereka berani menolak dan meninggalkan cara berpikir yang irasional dan tidak logis, kemudian menempuh jalan pemikiran yang rasional-ilmiah yang semakin lama semakin sistematis. Selain itu kebenaran dapat didiskusikan lebih lanjut demi meraih konsep – konsep baru dan kebenaran baru yang diharapkan lebih sesuai dengan realitas sesungguhnya.[6]
D.      Cabang – cabang Filsafat
Filsafat dibagi kedalam lima cabang utama :
1)                                                                Epistimologi
Adalah suatu cabang filsafat yang bersangkut paut dengan teori pengetahuan. Epistemology berasal dari Bahasa Yunani yaitu episteme (pengetahuan) dan logos (pikiran, ilmu, akal). Pokok persoalan dalam epistimologi adalah sumber, asal mula dan sifat dasar peng
2)                                                                Tentang pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu kata yang digunakan untuk menunjuk kepada apa yang diketahui oleh seseorang tentang sesuatu. Pengetahuan senantiasa memiliki subyek, yakni yang mengetahui, karena tanpa ada yang mengetahui tidak mungkin ada pengetahuan. Jika ada subjek pasti ada pula objek, yakni sesuatu yang kita ketahui atau hendak kita ketahui. Pengetahuan berkaitan erat dengan kebenaran yaitu kesesuaian pengetahuan dengan objeknya.
3)                                                                Sumber pengetahuan
Plato, Descrates, Spinoza, dan Leibniz mengatakan bahwa sumber pengetahuan adalah akal budi atau rasio, bahkan ada yang secara ekstrem menekankan bahwa akal budi adalah satu – satunya sumber bagi pengetahuan. Bacon, Hobbes, dan Locke menyatakan bahwa bukan akal budi, melainkan pengalaman indrawilah yang menjadi sumber utama bagi pengeahuan. Meski ada perbedaan pendapat, namun mereka setuju bahwa pada dasarnya pengetahuan bergantung pada pancaindra manusia serta pengalaman – pengalaman indranya dan bukan pada rasio.
4)                                                                Metafisika
Istilah metafisika berasal dari Bahasa Yunani meta physika (sesudah fisika). Metafisika bisa berarti upaya untuk mengkarakterisasi eksistensi atau realitas sebagai sesuatu keseluruhan. Atau secara umum dapat dikatakan metafisika adalah suatu pembahasan filsafati yang komprehensif mengenai seluruh realitas atau tentang segala sesuatu yang ada. Metafisika dibagi menjadi : metafisika umum (ontology), kosmologi, antropologi.
a.       Ontology membahas segala sesuatu yang ada secara menyeluruh dan sekaligus.
b.      Kosmologi membahas tentang dunia atau alam dan ketertiban yang paling fundamental dari seluruh realitas.
c.       Antropologi khusus mempersoalkan manusia.

5)                                                                Logika
Logika berasal dari Bahasa Yunani logos (akal, pikiran). Dapat dikatakan bahwa logika adalah cabang filsafat yang menyusun, mengembangkan, dan membahas asas – asas, aturan – aturan formal dan penyimpulan demi mencapai kebenaran yang dapat dipertanggung jawabkan secara rasional.
6)                                                                Etika
Etika berasal dari bahaya Yunani ethos (sifat, watak) dan ethikos (kelakuan, perbuatan yang baik). Etika sering kali disebut sebagai fulsafat moral. Istilah moral berasal dari kata Latin mores bentuk jamak dari mos yang berarti kebiasaan, watak, kelakuan dan cara hidup. Etika membahas baik dan buruknya tingkah laku dan tindakan manusia serta sekaligus menyoroti kewajiban – kewajiban manusia. Etika dibagi kedalam tiga bagian studi
a.       Etika deskriptif menguraikan dan menjelaskan kesadaran dan pengalaman moral secara deskriptif.
b.      Etika normative mempersoalkan sifat kebaikan, membahas tingkah laku.
c.       Metaetika suatu studi tanalitis terhadap disiplin etika.
7)                                                                Estetika
Estetika berasal dari Bahasa Yunani aisthetis (penerapan indrawi, pemahaman intelektual atau bisa pengamatan spiritual. Estetika adalah cabang filsafat yang mempersoalkan seni (art) dan keindahan (beauty).
Estetika diperkenalkan oleh seorang filsuf Jerman bernama Alexander Gottlieb Baumgarten (17 Juli 1714 – 26 Mei 1762) lewat karyanya Meditationes philosophicae de nonulis ad poema pertinetibus (1735), yang diterjemahkan ke dalam Bahasa inggris dengan judul Reflections on poetry (1954). Baugmarten mengembangkan filsafat estetika lewat karyanya yang berjudul Aesthetica acromatica (1750 – 1758).
Estetika dibagi menjadi dua bagian yaitu estetika deskriptif dan estetika normative. Estetika deskriptif menguraikan dan melukiskan fenomena pengalaman keindahan. Estetika normative mempersoalkan dan menyelidiki hakikat, dasar, dan ukuran pengalaman keindahan. Ada juga yang membagi estetika ke dalam filsafat seni dan filsafat keindahan. Filsafat seni mempersoalkan status ontologis dari karya – karya seni dan mempertanyakan pengetahuan apakah yang dihasilkan oleh seni serta apa yang dapat diberikan oleh seni untuk menghubungkan manusia dengan realitas. Filsafat keindahan membahas apakah keindahan itu dan apakah nilai indah itu objektif atau subjektif.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Sejarah lahirnya filsafat mengenai mitos adalah berbagai mitologi bangsa Yunani yang berupaya menjelaskan asal mula dan peristiwa yang terjadi di alam yang diceritakan secara berlebihan serta disusun secara sistematis.
2.      Proses demitologisasi adalah proses meruntuhkannya mitos karena tidak sependapat dengan apa yang diceritakan bangsa dahulu.
3.      Lahirnya filsafat terjadi pada abad ke – 6 SM, mereka berani menolak pemikiran irasional yang tidak logis, dan berupaya mencari tau kebenaran tentang peristiwa yang terjadi di alam melalui pemikiran rasional-ilmiah.
4.      Cabang – cabang ilmu filsafat meliputi epistemology, metafisika, logika, etika, dan estetika


B.     Saran
1.         Kerjakan jauh-jauh hari sebelum pengumpulan dan kerjakan secara bertahap.
2.         Rajin mencari referansi baik buku maupun internet agar makalah yang dibuat mencapai 90% sempurna.
Diskusikan bersama teman bila mempunyai kendala dalam mengerjakan makalah.


[1] majid fakhry, Sejarah Filsafat Islam : sebuah peta kronologis.(England : oneworld publications, 1997)
[2]Ali Maksum, Pengantar Filsfat :Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme. (Yogjakarta : Ar-ruzz Media, 2011)

[3]stephen Palmquist, The Tree of Filsafat, terj. Muhammad Shodiq (hongkong : philopsychy press, 2000) hlm. 29 – 31

[4] masykur Arif Rahman, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat (Jogjakarta : IRCiSoD, 2013) hlm.
[5] Ibid.
[6] Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat, (yogjakarta : Kasinius, 1996) hlm. 19 - 20

0 komentar:

Posting Komentar