ARTIKEL
BUNUH DIRI
Oleh :
Husni Dzulvakor Rosyik (1404046079)
Menurut
saya, bunuh diri merupakan hal yang sangat percuma dan sia-sia. Karena bukan
menyelesaikan masalah, tetapi hanya akan menambah masalah di akhirat nanti.
Bunuh diri juga termasuk perbuatan yang mungkar dan sangat di benci oleh Allah.
Firman Allah dalam surat An-nisa ayat 29-30:
“Dan
janganlah kamu membunuh diri mu, sesungguhnya Allah adalah maha penyayang
kepada kamu. Dan barang siapa berbuat demikian dengan melanggar dan aniaya, maka
kami kelak akan memasukannya kedalam neraka yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah.”
Demikian pula dengan Nabi Muhammad mengharamkan bunuh
diri, sesuai dengan yang dikatakan Nabi:
“Telah
ada diantara orang-orang sebelum kamu seorang lelaki yang mendapat luka, lalu
keluh kesahlah ia. Maka ia mengambil pisau lalu memotong tengannya dengan pisau
itu kemudian tidak berhenti-henti darahnya keluar sehingga ia mati. Maka Allah
bersabda, “Hamba-Ku telah menyegerakan kematiannya sebelum aku mematikan.” Aku
mengharamkan surga untuknya.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Jundub bin
Abdullah r.a)
Dari
kedua pernyataan di atas kita bisa menyimpulkan betapa Allah dan Nabi kita
sangat-sangat benci dengan yang namanya bunuh diri. Kita dituntut tabah dan
sabar dalam menghadapi cobaan dari Allah SWT. Para pelaku bunuh diri juga nanti
di akhirat akan disiksa sesuai cara dia waktu bunuh diri. Sesuai sabda Nabi:
مَنْ تَرَدَّى مِنْ جَبَلٍ فَقَّتَلَ نَفْسَهُ فَهُوَ فِي نَارِ
جَهَنَّمَ يَتَرَدَّى فِيْهَا ٬ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيْهَا أَبَدًا ٬ وَ مَنْ
تَحَسَّى سُمًّا فَقَّتَلَ نَفْسَهُ فَسُمُّهُ فِي يَدِهِ يَتَحَسَّاهُ فِي نَارِ
جَهَنَّمَ ٬ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيْهَا أَبَدًا ٬ وَ مَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ
بِحَدِيْدَةٍ فَحَدِيْدَتُهُ فِي يَدِهِ يَتَوَجَّأُ بِهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا
مُخَلَّدًا فِيْهَا أَبَدًا٠
“Barang
siapa menjatuhkan diri dari gunung, lantas ia tewas karenanya, maka di neraka
Jahannam, ia akan menjatuhkan diri semacam itu selama-lamanya. Dan barang siapa
menenggak racun lantas mati karenanya, maka ia di neraka Jahannam ia akan
menenggak racun dengan tangannya selama-lamanya. Dan barang siapa bunuh diri
dengan sebilah pisau, maka di neraka Jahannam ia akan menikam-nikam perutnya
sendiri selama-lamanya.” (HR. Bukhari, Muslim, Turmudzi dan Nasa’i)
Semua
kesaksian Nabi di atas berkomentar tentang bunuh diri. Juga menyatakan hukuman
yang akan diterima sang terpidana di akhirat nanti. Mereka menerima sangsi tak
terbatas, merasakan siksaan berantai dalam tempo yang tak berpenghujung. Betapa
mengerikannya siksa yang diberikan Allah kepada orang-orang yang melakukan
bunuh diri. Ini adalah beberapa faktor terjadinya bunuh diri:
1.
Rasa
Malu
Rasa
malu yang amat sangat bisa membuat seseorang mengakhiri nyawanya sendiri.
Misalnya malu karena tidak lulus ujian, malu karena aibnya diketahui oleh orang
lain, dan lain sebagiannya.
2.
Sakit
Tidak Kunjung Sembuh
Orang
yang menderita penyakit kronis selama bertahun-tahun tanpa adanya tanda-tanda
kesembuhan, tentu akan membuat seseorang stres dan menjadikan imannya lemah
menjadi berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Ditambah lagi dengan kondisi
keuangan yang lemah sehingga sulit mendapat pelayanan medis yang berkualitas.
3.
Putus
Asa
Seseorang
yang telah berjuang mati-matian untuk mencapai tujuan tertentu namun selalu
menemui kegagalan dapat memicu suatu keadaan putus asa. Munculnya rasa putus
asa dapat membuat seseorang tidak dapat menikmati hidup dan rawan terjadi bunuh
diri.
4.
Putus
Cinta
Orang
yang sedang dimabuk cinta biasanya memang perasaannya berubah menjadi sensitif.
Ketika orang yang dicintai memutuskan cintanya atau menolak cinta maka orang
yang terlanjur cinta akan sangat merasa sedih akibat patah hati atau sakit
hati. Sebagian orang yang buta akan cinta memilih mengakhiri hudupnya.
5.
Depresi/Stres
Orang yang mengalami
takanan batin atau tekanan jiwa akibat berbagai faktor penyebab dapat
menyebabkan seseorang untuk berfikir yang tidak-tidak. Jika seseorang mengalami
depresi tingkat tinggi dalam waktu yang cukup lama dapat membuat orang tersebut
menjadi gila. Baik orang stres maupun orang gila bisa saja melakukan aksi bunuh
diri dengan berbagai cara.
Bunuh diri adalah segala perbuatan yang sengaja
dilakukan oleh seseorang yang dapat membinasakan dirinya dalam waktu singkat.
Hampir semua orang sekali waktu dalam hidupnya pernah mempunyai pikiran untuk
lebih baik mati saja. Motivasi ini sangat kompleks. Apakah buah pikiran itu
akan menjadi perbutan atau tidak tergantung pada keadaan lingkungan sosial
serta juga kondisi keadaan jiwa maupun badan orang itu. Berikut ini cara agar
terhidar dari bunuh diri:
1. Kita
harus mampu menetapkan tujuan hidup secara realistik dan kerjakan secara
bertahap. Sebagai umat Islam kita sudah tahu bahwa tujuan hidup di dunia adalah
untuk beribadah kepada Allah SWT.
2. Tuliskan
rencana kerja setiap hari dan bekerjalah sesuai dengan rencana tersebut.
3. Tetapkan
prioritas yang perlu didahulukan. Dengan menuliskan rencana kerja kita akan
merasa dapat memprediksi dan mengendalikannya.
4. Sediakan
waktu untuk beribadah lebih intens dan menikmati liburan dan hobi.
5. Perhatikan
kesehatan anda, makan secara teratur dengan gizi yang seimbang. Istirahat dan
tidur yang cukup, serta olah raga yang teratur.
6. Bersosialisasi
dan berbincang-bincang dengan orang sekitar.
7. Senantiasa
bersyukur apa yang telah kita punya dalam hidup.
Penyebab utama terjadinya bunuh diri
dimasyarakat adalah kurangnya iman dan krisis mental, serta kurang percaya diri
sendiri. Karena itu perlunya pendidikan agama sejak masa kanak-kanak dan
ditingkatkan akwah Islamiyah kepada seluruh lapisan masyarakat Islam guna
peningkatan iman, ibadah, dan takwa kepada Allah yang Maha Kuasa.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah
filsafat bermula di pesisir mediterania bagian timur pada abad ke-6 SM. Dari
asia minor filsafat menyebrangi aegean menuju tanah yunani. Ribuan tahun
lamanya athena menjadi tanah air filsafat. Sejak iskandariah didirikan oleh
iskandar agung pada 332 SM, filsafat mulai merambah dunia timur, dan berpuncak pada 529 M.[1]
Pasalnya,
di negeri itulah filsafat lahir dan berkembang hingga mencengangkan peradaban
dunia lain hingga abad ini. Karenanya, tidak heran bila banyak pihak mengkaji
filsafat berawal dari sejarah peradaban yunani kuno, lalu abad pertengahan,
modern sampai abad kontemporer seperti saat ini.
Filsafat
muncul di yunani, sebab yunani lebih dikenal sebagai negeri yang tidak
memepersoalkan perbedaan status sosial, seperti kasta pendeta, dan iklim lah
yang membuat perkembangan pemikiran begitu pesat. Sekitar abad ke-7 SM di
yunani mulai berkembang pendekatan yang samasekali berlainan dibanding masa –
masa sebelumnya, yaitu pendekatan filsafat.sejak saat itulah orang mulai
mencari jawaban rasional tentang berbagai problem yang dihadapi, termasuk
beragam masalah mengenai alam semesta.[2]
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana mitos mengenai filsafat.?
2.
Bagaimana proses demotologisasi filsafat?
3.
Bagaimana sejarah lahirnya filsafat?
4.
Apa saja cabang – cabang filsafat?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Mitos Mengenai Filsafat
Sebelum filsafat lahir, berbagai mitos dan mite
memainkan sebagai tempat lahirnya filsafat memiliki mitos –
mitos sebagaimana bangsa – bangsa lain pada masa itu. Berbagai mitos dan mite berupaya
menjelaskan asal mula dan
peristiwa yang terjadi di alam smesta serta sifat – sifat peristiwa itu.
Ada gagasan yang mengungkapkan dalam bentuk analogi
yang lebih filosofis dengan mengatakan “filsafat itu laksamana pohon” maksudnya
disini bahwa hakikat dan unsur – unsur
pohon menunjukan gelagat mengenai filsafat. Asumsi bahwa pernah ada
pohon yang bernama “filsafat” akan berlaku sebagai mitos yang memandu dan menjaga
kesatuan berbagai ide. Makna mitos disini bukan hanya kita memahami maksud
ungkapan pohon filsafat, melaikan filsafat itu sendiri banyak berasal dari pola
pikir mitologis.
Mircea Eliade dalam karyanya Myth and Reality menjelaskan
bahwa mitos adalah suatu cerita lama tentang asal – usul dunia atau benda –
benda yang ada di dunia, yang dengan berbagai jalan menjelaskan mengapa
keberadaan manusia begitu adanya, atau mengapa norma – norma manusia berkembang
sedemikian rupa. Menurut Eliade anggota – anggota suku menilai mitos mereka
sebagai kisah yang paling sejati diantara semua kisah nyata. Kesejatiannya
ditonjolkan berkali – kali oleh fakta bahwa mengaktifkan mitos dalam bentuk
ritual memungkinkan mereka untuk berkuasa terhadap alam.[3]
Pada bangsa Yunani dan disekitarnya, terdapat mitologi
yang kaya serta luas. Mitologi ini dapat dikatakan sebagai perintis lahirnya
filsafat, karena mitos – mitos ini sudah memberikan jawaban tentang pertanyaan
– pertanyaan yang hidup dalam hati manusia. Mitos yang dicari tentang kejelasan
asal – usul alam semesta, dan sifat – sifat kejadian dialam semesta.
Mitos bisa muncul pada catatan sejarah yang terlalu
dilebih – lebihkan. Bangsa yunani mengadakan beberapa usaha untuk menyusun
mitos – mitos yang diceritaka oleh rakyat menjadi satu keseluruhan yang
sistematis. Sebelum mitos – mitos
ini dibukukan mitos – mitos yang tidak sesuai atau bertentangan dengan
mitos yang lain dibuang. Disinilah sifat irasional bangsa yunani muncul.[4]
B.
Proses Demitologisasi
Jalan yang mengarah dari mitos menuju ilmu, melalui
sastra dan filsafat bisa disebut demitologisasi. Hal ini terjadi karena
penjelasan mengenai mitos makin lama makin tidak memuaskan manusia. Manusia
terus menerus mencari penjelasan untuk mengubahnya menjadi ungkapan kebenaran yang
lebih pasti. Mitos yang bertetangan dengan mitos lainnya, nalar cerita tidak
bersambung, serta bertentangan dengan indera mulai serius untuk diteliti,
mencermati, dan mengobservasi dunia.[5]
Para pelaku filsuf demitologisasi yang terawal di
Yunani filsuf yang hidup pada masa
prasocrates yaitu antara Thales dan aristotheles. Salah satu kepedulian utama
filsuf prasocrates adalah memberikan hakikat “realitas terdalam”.
C.
Lahirnya filsafat
Empat hal yang melahirkan filsafat yaitu ketakjuban,
ketidakpuasan, hasrat bertanya dan keraguan. Kesusastraan yang berkembang di
Yunani Kuno dapat dijadikan landasan lahirnya filsafat. Selain untuk hiburan,
kesusastraan dalam waktu yang bersamaan juga menjadi semacam teks pendidikan
untuk rakyat Yunani kuno.
Sejak awal abad ke-6 SM mulai berkembang pendekatan
yang sama sekali berlainan. Sejak itu manusia mulai mencari jawaban – jawaban
rasional tentang masalah yang ada dialam semesta. Logos (akal budi, rasio)
menggantikan mitos (mythe). Di Yunani
kuno logos dipakai untuk menunjuk sesuatu yang yang siba kita sebut makna yang
tersembunyi dalam mitos. Para filsuf sedemikian rupa memahami makna kata logos
untuk memisahkan kebenaran dari khayalan.
Pada tahap awal, filsafat mencakup seluruh ilmu
pengetahuan. Para filsuf Yunani pertama dikenal sebagai filsuf – filsuf alam.
Akan tetapi, filsafat pada masa awal itu sulit untuk diuraikan dan dipaparkan
secara jelas dan pasti karena banyak filsuf yang tidak menulis sesuatu apapun
sehingga ajaran mereka hanya dapat diketahui dari orang lain.
Terlepas dari keadaan dan keberadaan para filsuf yang
baru mengembangkan filsafat itu, yang penting dicatat adalah mereka berani
mengayunkan langkah awal yang amat menentukan bagi pertumbuhan dan perkembangan
filsafat serta ilmu pengetahuan. Mereka berani menolak dan meninggalkan cara
berpikir yang irasional dan tidak logis, kemudian menempuh jalan pemikiran yang
rasional-ilmiah yang semakin lama semakin sistematis. Selain itu kebenaran
dapat didiskusikan lebih lanjut demi meraih konsep – konsep baru dan kebenaran
baru yang diharapkan lebih sesuai dengan realitas sesungguhnya.[6]
D.
Cabang – cabang Filsafat
Filsafat dibagi kedalam lima cabang utama :
1)
Epistimologi
Adalah suatu
cabang filsafat yang bersangkut paut dengan teori pengetahuan. Epistemology
berasal dari Bahasa Yunani yaitu episteme (pengetahuan) dan logos
(pikiran, ilmu, akal). Pokok persoalan dalam epistimologi adalah sumber, asal
mula dan sifat dasar peng
2)
Tentang pengetahuan
Pengetahuan
adalah suatu kata yang digunakan untuk menunjuk kepada apa yang diketahui oleh
seseorang tentang sesuatu. Pengetahuan senantiasa memiliki subyek, yakni yang
mengetahui, karena tanpa ada yang mengetahui tidak mungkin ada pengetahuan.
Jika ada subjek pasti ada pula objek, yakni sesuatu yang kita ketahui atau hendak
kita ketahui. Pengetahuan berkaitan erat dengan kebenaran yaitu kesesuaian
pengetahuan dengan objeknya.
3)
Sumber pengetahuan
Plato,
Descrates, Spinoza, dan Leibniz mengatakan bahwa sumber pengetahuan adalah akal
budi atau rasio, bahkan ada yang secara ekstrem menekankan bahwa akal budi
adalah satu – satunya sumber bagi pengetahuan. Bacon, Hobbes, dan Locke
menyatakan bahwa bukan akal budi, melainkan pengalaman indrawilah yang menjadi
sumber utama bagi pengeahuan. Meski ada perbedaan pendapat, namun mereka setuju
bahwa pada dasarnya pengetahuan bergantung pada pancaindra manusia serta
pengalaman – pengalaman indranya dan bukan pada rasio.
4)
Metafisika
Istilah
metafisika berasal dari Bahasa Yunani meta physika (sesudah fisika).
Metafisika bisa berarti upaya untuk mengkarakterisasi eksistensi atau realitas
sebagai sesuatu keseluruhan. Atau secara umum dapat dikatakan metafisika adalah
suatu pembahasan filsafati yang komprehensif mengenai seluruh realitas atau
tentang segala sesuatu yang ada. Metafisika dibagi menjadi : metafisika umum
(ontology), kosmologi, antropologi.
a.
Ontology membahas segala sesuatu yang ada secara
menyeluruh dan sekaligus.
b. Kosmologi
membahas tentang dunia atau alam dan ketertiban yang paling fundamental dari
seluruh realitas.
c.
Antropologi khusus mempersoalkan manusia.
5)
Logika
Logika berasal
dari Bahasa Yunani logos (akal, pikiran). Dapat dikatakan bahwa logika
adalah cabang filsafat yang menyusun, mengembangkan, dan membahas asas – asas,
aturan – aturan formal dan penyimpulan demi mencapai kebenaran yang dapat
dipertanggung jawabkan secara rasional.
6)
Etika
Etika berasal
dari bahaya Yunani ethos (sifat, watak) dan ethikos (kelakuan,
perbuatan yang baik). Etika sering kali disebut sebagai fulsafat moral. Istilah
moral berasal dari kata Latin mores bentuk jamak dari mos yang berarti
kebiasaan, watak, kelakuan dan cara hidup. Etika membahas baik dan buruknya
tingkah laku dan tindakan manusia serta sekaligus menyoroti kewajiban –
kewajiban manusia. Etika dibagi kedalam tiga bagian studi
a.
Etika deskriptif menguraikan dan menjelaskan kesadaran
dan pengalaman moral secara deskriptif.
b.
Etika normative mempersoalkan sifat kebaikan, membahas
tingkah laku.
c.
Metaetika suatu studi tanalitis terhadap disiplin
etika.
7)
Estetika
Estetika berasal
dari Bahasa Yunani aisthetis (penerapan indrawi, pemahaman intelektual atau
bisa pengamatan spiritual. Estetika adalah cabang filsafat yang mempersoalkan
seni (art) dan keindahan (beauty).
Estetika
diperkenalkan oleh seorang filsuf Jerman bernama Alexander Gottlieb Baumgarten
(17 Juli 1714 – 26 Mei 1762) lewat karyanya Meditationes philosophicae de
nonulis ad poema pertinetibus (1735), yang diterjemahkan ke dalam Bahasa
inggris dengan judul Reflections on poetry (1954). Baugmarten mengembangkan
filsafat estetika lewat karyanya yang berjudul Aesthetica acromatica (1750 –
1758).
Estetika dibagi
menjadi dua bagian yaitu estetika deskriptif dan estetika normative. Estetika
deskriptif menguraikan dan melukiskan fenomena pengalaman keindahan. Estetika
normative mempersoalkan dan menyelidiki hakikat, dasar, dan ukuran pengalaman
keindahan. Ada juga yang membagi estetika ke dalam filsafat seni dan filsafat
keindahan. Filsafat seni mempersoalkan status ontologis dari karya – karya seni
dan mempertanyakan pengetahuan apakah yang dihasilkan oleh seni serta apa yang
dapat diberikan oleh seni untuk menghubungkan manusia dengan realitas. Filsafat
keindahan membahas apakah keindahan itu dan apakah nilai indah itu objektif
atau subjektif.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sejarah lahirnya
filsafat mengenai mitos adalah berbagai mitologi bangsa Yunani yang berupaya
menjelaskan asal mula dan peristiwa yang terjadi di alam yang diceritakan
secara berlebihan serta disusun secara sistematis.
2. Proses
demitologisasi adalah proses meruntuhkannya mitos karena tidak sependapat
dengan apa yang diceritakan bangsa dahulu.
3. Lahirnya
filsafat terjadi pada abad ke – 6 SM, mereka berani menolak pemikiran irasional
yang tidak logis, dan berupaya mencari tau kebenaran tentang peristiwa yang
terjadi di alam melalui pemikiran rasional-ilmiah.
4. Cabang – cabang
ilmu filsafat meliputi epistemology, metafisika, logika, etika, dan estetika
B. Saran
1.
Kerjakan
jauh-jauh hari sebelum pengumpulan dan kerjakan secara bertahap.
2.
Rajin mencari
referansi baik buku maupun internet agar makalah yang dibuat mencapai 90%
sempurna.
Diskusikan bersama teman bila mempunyai kendala dalam
mengerjakan makalah.
[1]
majid fakhry, Sejarah Filsafat Islam : sebuah peta
kronologis.(England : oneworld publications, 1997)
[2]Ali Maksum, Pengantar Filsfat :Dari Masa Klasik
Hingga
Postmodernisme. (Yogjakarta : Ar-ruzz Media, 2011)
[3]stephen Palmquist, The Tree of Filsafat, terj.
Muhammad Shodiq (hongkong : philopsychy press, 2000) hlm. 29 – 31
[6]
Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat,
(yogjakarta : Kasinius, 1996) hlm. 19 - 20
Langganan:
Postingan (Atom)